Stephen R. Covey menceritakan, bahwa suatu ketika ada
seorang penebang pohon melamar pekerjaan ke sebuah pabrik pengolahan kayu. Ia
diterima dan sangat suka dengan bayaran yang diterima. Ia pun bekerja dengan
tekun.Pimpinannya memberi ia kapak dan menunjukkan pohon-pohon mana saja yang
boleh ditebang. Pada hari pertama bekerja ia bisa menebang 18 pohon.
"Selamat! Pertahankan itu," kata pimpinannya.
Tersemangati oleh kata-kata bosnya tadi, penebang kayu
semakin bekerja dengan keras. Namun pada hari berikutnya ia hanya bisa menebang
15 pohon. Hari ketiga, meski ia bekerja bertambah keras, ia hanya bisa
merobohkan 13 pohon. Hari demi hari semakin sedikit pohon yang bisa ia tebang.
“Saya sepertinya kehilangan kekuatanku,” pikir penebang
kayu. Ia pun menemui bosnya dan meminta maaf atas kinerjanya yang buruk. Ia
tidak tahu apa yang terjadi.
“Kapan terakhir kali kamu mengasah kapakmu?” tanya bos.
“Mengasah kapak? Saya tak punya waktu untuk mengasah kapak.
Saya sibuk menebang pohon ....”
Seperti itulah kehidupan kita. Kita terkadang begitu sibuk
dan tak punya waktu untuk mengasah "kapak" kita. Dalam masa sekarang,
setiap orang lebih sibuk dibandingkan orang sebelumnya, namun sedikit yang
merasa bahagia. Tak ada yang salah dengan bekerja keras. Akan tetapi kita tidak
boleh mengabaikan hal-hal yang utama dalam kehidupan. Mendekatkan diri kepada
Sang Khaliq, memberi waktu yang cukup untuk keluarga, memiliki cukup waktu
untuk istirahat, meluangkan waktu untuk membaca, mengikuti kegiatan sosial
kemasyarakatan, dan sebagainya.
Kita semua butuh istirahat, untuk berpikir dan
berkontemplasi, untuk belajar dan berkembang. Jika kita tidak mengambil waktu
untuk mengasah "kapak", kita akan menjadi bodoh dan kehilangan
efektivitas kita.
Sudahkah Anda mengasah "kapak" hari ini?
Komentar
Posting Komentar