Kondisi negara semakin hari semakin terasa
tidak baik-baik saja. Terutama dari sisi ekonomi. Banyak perusahaan yang
memberhentikan karyawannya (PHK). Bahkan ada yang bangkrut, tidak mampu
melanjutkan usahanya.
Terasa juga oleh usaha-usaha kecil dan
menengah (UMKM). Daya beli masyarakat yang turun mengakibatkan omset UMKM
merosot tajam.
Kondisi negeri yang subur makmur, segala
sumber daya alam tersedia, tetapi tidak dapat dirasakan oleh rakyat. Ironis.
Dalam Bahasa lain tidak berkah, atau negara ini tidak diberi keberkahan.
Keberkahan maksudnya mendapat berkah. Arti
berkah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ‘karunia Tuhan
yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia; berkat’.
Yang menarik adalah arti berkah dalam bahasa
Sunda, yaitu ‘Saeutik mahi, loba nyesa’. Artinya adalah ‘Kalau
sedikit terasa cukup, dan saat banyak akan tersisa’. Kalimat tersebut
dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa rezeki (uang atau harta) yang berkah itu
selalu memberikan kebahagiaan pada pemiliknya.
Jadi, letak kebahagiaan saat memiliki uang
atau harta itu tidak terletak dari sedikit banyak jumlahnya, tetapi dari
keberkahannya.
Pengertian berkah pun kemudian meluas.
Tidak hanya untuk uang atau harta. Keberkahan pun bisa ada di diri istri/suami
kita, anak-anak kita, lingkungan perumahan kita, organisasi kita, bahkan dalam
cakupan luas, negara kita. Sebagaimana firman di surat Al-Araf ayat ke-96.
Allah Swt berfirman,
وَلَوْ
اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ
مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا
يَكْسِبُوْنَ
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman
dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan
dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat
Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka
kerjakan.”
Allah Swt menjelaskan bahwa Dia mampu dan
akan memberi keberkahan pada suatu negeri, dengan syarat penduduk negeri tersebut
beriman dan bertakwa.
Dengan demikian jelas, untuk mendapatkan
keberkahan syaratnya hanya dua, beriman kepada Allah Swt dan bertakwa. Dan ini
berlaku untuk semua, tidak hanya untuk lingkup negara.
Kalau ingin rumah tangga (keluarga) kita
berkah, maka kondisikan seluruh keluarga menjadi orang-orang yang beriman dan
bertakwa.
Kalau ingin organisasi kita berkah, maka
kondisikan seluruh anggotanya menjadi orang-orang yang beriman dan bertakwa.
Kalau ingin perusahaan kita berkah, maka kondisikan
seluruh karyawannya (dari staf sampai pimpinan) menjadi orang-orang yang
beriman dan bertakwa.
Demikian pula jika kita ingin mendapatkan
rezeki yang berkah, maka kondisikan diri kita menjadi pribadi yang beriman dan
bertakwa.
Ayat di atas memang menjelaskan bagaimana supaya negara mendapat keberkahan. namun, fokusnya adalah pada
penduduk-penduduknya. Yaitu mereka harus beriman dan bertakwa. Jadi
aktivitas-aktivitasnya, khusunya dalam mencari rezeki, harus yang mendatangkan
keberkahan.
Bagaimana ciri-ciri rezeki yang
mendatangkan keberkahan?
Berikut ciri-cirinya:
1.
Sumbernya jelas, halal, dan
bersih dari segala bentuk riba, penipuan.
2.
Mendatangkan manfaat yang lebih
untuk pemiliknya dan juga untuk orang lain.
3.
Diperoleh dengan usaha yang
halal, tidak mengandalkan praktik-praktik curang, penipuan, manipulasi, korupsi, atau merugikan orang
lain.
4.
Diperoleh dengan kerja keras,
kesabaran, dan ketekunan, serta tidak mudah putus asa.
5.
Dilakukan dengan niat yang baik
dan ikhlas serta diiringi dengan doa dan pengharapan kepada Allah Swt
(tawakal).
6.
Digunakan untuk hal-hal baik,
yang tidak melanggar syariat-Nya.
7.
Dapat membantu orang lain yang
membutuhkan.
8.
Manfaatnya terasa berkelanjutan
dan membawa keberkahan dalam jangka panjang.
Semoga bermanfaat.
#uripwid
Komentar
Posting Komentar