Ada tiga pola interaksi kita (makhluk)
dengan Allah Sang Pencipta (Kholik). Yaitu, hubungan tuan (majikan) dengan
budaknya, hubungan antara yang meminjan dan yang meminjamkan, dan hubungan
bisnis.
Ayat yang akan bicarakan kali ini
menjelaskan pola hubungan ketiga. Yaitu hubungan bisnis atau perdagangan. Kita
berbisnis atau melakukan transaksi jual-beli dengan Allah swt.
Bicara bisnis, hanya satu keinginan pelaku
bisnis. Yaitu untung. Sukur-sukur kalau untungnya berlipat-lipat. Sepertinya
tidak ada pelaku bisnis yang tidak ingin untung. Makanya, setiap ada bisnis
yang menguntungkan selalu mengundang minat orang-orang untuk berinvestasi di
bisnis tersebut.
Allah swt pun Menginformasikan keuntungan
yang akan diperoleh jika berbisnis dengan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala
berfirman:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِّنْ
عَذَابٍ اَلِيْمٍ
"Wahai orang-orang yang beriman,
maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang (dapat) menyelamatkan kamu
dari azab yang pedih?" (QS. Ash-Shaf: 10)
Tidak tanggung-tanggung, keuntungan yang
diperoleh adalah dibebaskannya kita dari siksa (azab) yang pedih. Alias
dibebaskan dari neraka. Hanya ada dua kemungkinan di yaumil akhir nanti. Kalau
dibebaskan dari neraka, artinya dimasukkan ke surga.
Lalu, bisnis apa dengan Allah itu?
Jual-beli. Ya, jual-beli, sebagaimana
pengertian kata 'tijaroh' yang ada di ayat di atas.
Pembebasan dari neraka tersebut merupakan
pembayaran dari apa yang kita jual. Apa yang kita jual?
Dijelaskan di ayat berikutnya. Allah
Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
تُؤْمِنُوْنَ
بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِكُمْ
وَاَنْفُسِكُمْۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَۙ
"(Caranya) kamu beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Yang
demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Ash-Shaf: 11)
Telah jelas, yang kita jual adalah keimanan
kita kepada Allah swt dan kepada Rasul-Nya, serta berjihad dengan
bersungguh-sungguh membuktikan keimanan kita tersebut dan membela Islam, dengan
mengorbankan jiwa dan harta kita.
Pertanyaannya, mengapa berbisnis dengan
Allah ini sepertinya tidak menarik minat kebanyakan orang, padahal
keuntungannya sangat besar?
Beberapa hal berikut mungkin menjadi
alasannya.
1. Iman (kepada Allah dan Rasulullah) bukan
hanya pernyataan lisan. Namun memerlukan bukti-bukti yang konkret dan empiris.
Iman harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang masih dirasa
berat oleh kebanyakan orang. Adanya dorongan syahwat dan godaan setan turut
menghalangi orang untuk beriman.
2. Pengaruh lingkungan seperti keluarga,
teman, dan masyarakat dapat mempengaruhi keyakinan seseorang terhadap Allah.
Sebagaimana bunyi hadis yang menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan bisa keluar
dari fitrahnya (Islam) karena pengaruh kedua orangtuanya.
3. Beberapa orang mungkin mengalami
pengalaman hidup yang sulit atau traumatis yang membuat mereka meragukan keberadaan
Allah. Hal ini dapat mempengaruhi keyakinan mereka terhadap agama dan
keberadaan Allah.
4. Kurangnya tidak memahami ajaran agama
dengan benar sehingga memahaminya secara dangkal, dapat mempengaruhi orang
untuk tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah dan syariat-Nya.
5. Berbagai permasalahan dalam hidup
seperti ujian, godaan nafsu, dan frustasi dapat mempengaruhi keimanan
seseorang.
Intinya, beratnya konsekuensi dari iman dan
jihad, setimpal dengan apa yang Allah bayarkan. Dan memang susah berlaku umum,
sesuatu yang istimewa selalu berharga mahal.
Siap berbisnis dengan Allah?
#uripwid
Komentar
Posting Komentar