Perkembangan teknologi informasi yang pesat
berimbas pada aliran informasi juga yang deras. Bahkan sangat deras. Anda semua
pasti merasakan. Begitu masuk akun media sosial, yang pertamakali terlihat (terbaca)
di beranda kita adalah puluhan informasi yang masuk. Begitupun saat membuka messenger,
terutama di grup-grupnya. Informasi tak bisa dibendung lagi. sulit bagi kita
memilih dan memilah mana informasi yang benar dan mana yang bohong (hoaks).
Tak jarang informasi-informasi tersebut
menggoda kita untuk segera men-share-nya ke teman kita atau ke grup yang lain. Dan memang
nafsu (syahwat) untuk menyebarkan
(share) itu pula yang turut mem-viral-kan
informasi-informasi tersebut. Nafsu untuk membagikan informasi, atau syahwatush
share, netizen (internet citizen) sangat tinggi. Gatal jempolnya
kalau tidak men-share informasi yang diterimanya. Bahkan tanpa perlu
membacanya terlebih dahulu.
Padahal, banyak kasus diderita beberapa
netizen yang men-share sembarangan, yang berakhir di penjara. UU ITE telah
menjerat banyak korban. Oleh karenanya kita harus ekstra hati-hati. Jangan
gara-gara syahwatush-share kita tinggi, kita mendekam di balik jeruji.
Banyak yang sudah menjadi korban. Dari
kalangan orang biasa, sampai orang-orang ternama. Baik artis maupun politisi.
Beberapa di antaranya adalah, Roy Suryo - mantan Menteri Pemuda dan Olahraga
Kasus – yang menjadi tersangka gara-gara meme stupa Borobudur.
Kita semua tahu, korban pertama dari UU ITE
adalah seorang ibu bernama Prita Mulyasari. Prita menuliskan surat elektronik
tentang ketidakpuasannya saat menjalani pelayanan kesehatan di RS Omni
Internasional. Tulisannya tersebar luas di internet, dari milis ke milis. Atas
kejadian itu, pihak rumah sakit merasa dicemarkan nama baiknya hingga
melaporkan ke pihak kepolisian.
Allah Swt sudah memberi tips supaya kita
aman tidak terjerat UU ITE saat menerima sebuah berita atau informasi.
Allah Swt berfirman
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika
seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah
kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan
(kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS.
Al-Hujurat: 6)
Meneliti kebenaran atau Tabayyun, itulah
yang diperintahkan Allah Swt. Arti tabayyun adalah upaya mencari
kejelasan atau kebenaran akan suatu hal. Dalam buku berjudul ‘Akidah Akhlak’
yang diterbitkan Kementerian Agama RI, dijelaskan arti tabayyun adalah
mencari kejelasan hingga terang dan benar.
Mengapa kita harus Tabayyun?
Sebagaimana dijelaskan di atas derasnya
informasi, mudahnya siapapun menyampaikan – atau membagikan – informasi membuat
bercampurnya informasi yang benar dengan yang tidak valid, salah, atau bahkan
sengaja menyesatkan. Jika – karena syahwatush share – kita tergesa-gesa
dalam menanggapi informasi tersebut, kita bisa saja membuat kesimpulan yang
salah dan mengambil tindakan yang tidak tepat.
Dengan melakukan tabayyun, kita
dapat memastikan kebenaran informasi yang kita terima dengan mencari sumber
yang lebih dapat dipercaya, memverifikasi informasi tersebut dengan fakta-fakta
yang ada, dan berpikir secara kritis sebelum menarik kesimpulan atau membuat
keputusan. Tabayyun juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
dan analitis kita.
Tabayyun
adalah Langkah yang tepat untuk mengendalikan syahwatuhs share kita.
#uripwid
Komentar
Posting Komentar