Belajar dari Honda

“Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen tetapi mereka tidak melihat 99% kegagalan saya.” (Soichiro Honda, pendiri The Honda Company)

Perjuangan hidup Soichiro Honda dengan aneka kegagalan dan jatuh bangun dalam membangun bisnisnya merupakan inspirasi kehidupan tersendiri. Terinspirasi pengalaman hidupnya tersebut, The Honda
Company mengusung motto bernas,”The power of dream”, kekuatan mimpi.

Sebuah mimpi yang menghidupkan dalam artian materi maupun spirit. Singkatnya, dari mottonya saja, Honda dapat dikatakan membuat hidup lebih hidup -- tanpa bermaksud mempromosikan merek yang satu ini. Ini tentu tak terlepas dari kharisma sang pemimpin, Soichiro Honda, yang inspiratif dan visioner.

Kebesaran seorang pemimpin terletak pada visi dan pengaruhnya. Dalam hal ini, jika melihat penetrasi sepeda motor Honda di pasar Indonesia yang menjadi market leader, rasanya patut kita tahbiskan Soichiro Honda sebagai seorang pemimpin besar. Terlebih jika menengok betapa intensifnya gelora demonstrasi antiproduk Jepang termasuk Honda saat peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari) pada 1974 yang merupakan peristiwa kerusuhan terbesar pertama semasa Orde Baru (1967-1998). Saat itu produk Jepang termasuk Honda adalah barang haram, yang menjadi sorotan asing dengan penuh kebencian.

Namun, puluhan tahun kemudian, sepeda motor Honda merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari di Indonesia terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Kemana mata memandang berseliweran sepeda motor Honda dengan beragam spesifikasi dan kelasnya. Bahkan di sebagian daerah kata “Honda” berkonotasi “sepeda motor”. Sebuah fenomena linguistik unik, seperti asosiasi “Odol” dengan “pasta gigi” atau “Aqua” dengan “air mineral” kendati itu awalnya hanya nama merek. Kedekatan dalam keseharian itu sungguh sebuah fenomena yang hanya dapat dicapai dengan persistensi dan visi kuat. Dan patut dicatat sebagai sebuah kehormatan tersendiri yang mengindikasikan merek Honda melekat kuat pada urat nadi keseharian rakyat Indonesia.

”Ambillah hati manusia maka mereka akan setia kepadamu.” Barangkali kata bijak dari jagat kebijaksanaan inilah yang dapat menggambarkan fenomena tersebut. Fenomena yang semoga kita dapat mengambil pelajaran darinya.

Komentar