SELAMA MASIH ADA WAKTU, MASIH ADA HARAPAN

Isa Alamsyah

Berapa kali Anda boleh gagal? Sekali, dua kali, atau tiga kali?

Kalau bicara hukum, maka hanya punya kesempatan sekali saja. Anda melakukan kriminalitas, walaupun pertama kali, bisa langsung masuk penjara. Kalau bicara pekerjaan, biasanya 3 kali. Surat peringatan pertama, peringatan kedua, lalu pemutusan hubungan kerja.
Lalu bagaimana dengan kehidupan, bagaimana dengan kesuksesan? Berapa kali kita boleh gagal?
Jawabannya, selama masih ada waktu, masih ada harapan. Selama masih ada nafas, masih ada kesempatan.
Jika Anda percaya itu, keajaiban mungkin akan datang. Yang tidak mungkin jadi kenyataan.

Dalam dunia sepakbola, semua pemain dan pelatih yang mempunyai mental pemenang percaya itu.
Mereka sangat percaya, selama ada waktu selalu ada harapan. Karenanya Anda tidak akan pernah melihat pertandingan sepakbola profesional yang setelah kalah jauh maka pasrah.

Atlet profesional, kalau kalah banyak berusaha mengurangi kekalahan, kalau kalah sedikit masih berusaha seri, kalau seri masih bisa berusaha untuk menang, kalau sudah menang masih bisa menang telak. Intinya selama masih ada waktu, sebelum ada pluit tanda waktu pertandingan berakhir setiap tim berusaha untuk mendapat hasil yang terbak.

Mungkin contoh final liga champion tahun 2005 antara Liverpool dan AC Milan di Turki merupakan contoh yang fenomenal. Sepanjang pertandingan Liverpool seperti dipecundangi. Baru saja pertandingan dimulai, belum satu menit, gawang liverpool dibobol oleh Paolo Maldini kapten AC Milan. Ini cukup untuk membuat Liverpool jatuh mental, karena momen tersebut menjadikan Liverpool menjadi klub paling dipermalukan dalam sejarah Liga Champion karena dibobol dalam waktu paling cepat. Tidak berselang lama Liverpool kebobolan lagi dua kali sehingga kedudukan menjadi 3-0 di babak pertama.

Di babak kedua, sampai 60 menit berlalu Liverpool masih tidak berhasil memasukkan gol satupun, dan sudah kebobolan 3 kali.

Tapi prinsip SELAMA MASIH ADA WAKTU MASIH ADA HARAPAN tetap berlaku. Ketika waktu tersisa semakin sedikit, kapten Liverpool Gerrald berhasil memasukkan goal pertamanya. Tiga menit kemudian satu gol lagi buat Liverpool. Dan beberapa menit kemudian satu gol lagi masuk. Hanya dalam selang 7 menit Liverpool memasukkan 3 goal dan membuat kedudukan 3-3 sampai waktu berakhir.
Drama ini berakhir dengan kemenangan Liverpool dalam adu pinalti.
Final ini dikenang sebagai salah satu final paling dramatis dalam sejarah Liga Champions.

Final dramatis juga terjadi tahun 1999 saat MU melawan Munchen. Selama sembilan puluh menit MU gagal melesakkan goal ke gawang Munchen. Sedangkan Munchen sudah mencatat goal 1 dan selalu menyerang.
Lalu pada injury time yang sisa beberapa menit, MU berhasil melesakkan goal pertama dan keduanya ke gawang Munchen. Selama sembilan puluh menit gagal tapi bisa memasukkan 2 goal di 2 menit tersisa.

Selama masih ada waktu, masih ada harapan!

Komentar