Pekerja Rel Kereta Api

oleh Isa Alamsyah

Seorang penjaga rel kereta api mengikuti ujian kenaikan pangkat untuk menempati kedudukan sebagai supervisor.
Untuk menempati kedudukan tersebut ia harus mengikuti test wawancara.
Penguji bertanya, “Misalkan ada dua kereta api berpapasan pada jalur yang sama, apa yang akan kamu lakukan?” 


“Tentu saja saya akan memindahkan salah satu kereta ke jalur yang lain,” jawabnya.
Penguji bertanya lagi, “Kalau handle untuk pengalihan relnya rusak, bagaimana?”
“Oh, saya akan langsung turun ke rel dan membelokkan relnya secara manual.”
“Kalau macet atau alatnya rusak bagaimana?” tanya penguji.
"Saya pakai HP dan menelepon stasiun terdekat.” jawabnya.
"Kalau HP baterai habis"
“Saya kembali ke pos dan menelepon stasiun terdekat.” jawabnya.
“Kalau telepon di pos rusak?”
“Saya akan lari ke telpon umum terdekat.”
“Kalau telpon umum juga rusak??”
"Saya cari pinjaman telepon"
"Kalau tidak ada yang meminjamkan."
Sejenak sang penjaga terdiam, lalu menjawab
"Kalau semua rusak, HP rusak, tidak bisa pinjam sama siapapun, maka saya akan segera menjemput nenek saya..."
"Jemput nenek?, memang nenek kamu bisa betulin rel kereta?" tanya penguji.
“Bukan begitu, nenek saya umurnya sudah 89 tahun, dan seumur hidup belum pernah melihat kereta api tabrakan!"

Humor dan Hikmah:


Apa yang terjadi pada sang sang penjaga rel kereta apa adalah kata "MENYERAH" atau "PASRAH".
Seringkali dalam kehidupan kita mendapat tantangan lalu kita taklukkan, lalu ada tantangan lagi kita taklukkan, lalu muncul lagi kita lawan lagi sampai akhirnya kita kelelahan dan pasrah.
"MENYERAH" adalah sesuatu yang tidak boleh ada dalam kamus kehidupan Anda.
Ada yang menyerah pada hambatan pertama, ada yang menyerah pada hambatan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya.
Tapi PEMENANG tidak mengenal kata menyerah.
Mereka terus berusaha.
SELAMA MASIH ADA WAKTU MASIH ADA HARAPAN!
Terus berjuang, berjuang dan berjuang terus, sampai kematian membuat kita tidak bisa melakukan apa-apa lagi.
Jangan menyerah, selalu saja ada jalan, selalu ada harapan.

Komentar