POLITIK GAGASAN, ERA BERAKHIRNYA POLITIK SLOGAN

Pemandangan yang lumrah menjelang perhelatan akbar demokrasi di Negara kita. Menjelang Pemilu selalu saja bertebaran spanduk, banner, baligo, pamflet, stiker, dll. Tak terkecuali sekarang, 2 bulan  menjelang pemilu 2019, yang akan berlangsung tanggal 17 April nanti. Apalagi pemilu sekarang dibarengkan antara pemilihan anggota legislative (pileg) dengan pemilhan presiden (pilpres), setiap perempatan jalan semakin semarak dengan sosialisasi pasangan capres-cawapres dari dua kubu.

Tak kalah ramainya, dunia maya pun, khususnya media social, seru dengan kampanye, memang medsos yang sedang booming 3-4 tahun terakhir, tak mau dilewatkan sebagai media kampanye oleh para caleg dengan partainya, termasuk 2 kubu capres-cawapres, bahkan untuk 2 kubu capres-cawapres ini lebih heboh, karena ditimpali juga saling bully, saling menjelekkan, saling share black news tentang pasangan capres-cawapres lawannya.

Khusus tentang kampanye parpol, khususnya di dunia maya, kalau penulis perhatikan, ada yang menarik, ada yang lain daripada yang lain. Yaitu kampanyenya Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Apa menariknya?

GAGASAN. Ya, gagasan. Sengaja saya gunakan huruf kapital untuk menuliskannya. Gagasan lah yang membedakan PKS dengan parpol lain dalam kampanyenya sekarang.

Seperti pemilu-pemilu sebelumnya, semua parpol hanya menjual slogan dalam kampanye mereka. Slogan yang seolah menyebutkan bahwa “kamilah partai terbaik, maka pilihlah kami”. Coba saja tengok slogan-slogan yang digemborkan parpol, anda akan menemukan kalimat-kalimat seperti ini:

“Maju Tak Gentar, Membela yang Benar”.
“Peduli Wong Cilik”
“Kita Indonesia, Kita Pancasila”
“Rumah Besar Islam Indonesia”
“Arah baru Indonesia”
Dan lain-lain yang sejenis. Yang semuanya hanya slogan. Kenapa saya katakan hanya slogan? Ya..karena dari dulu slogan itu dijual, dari pemilu ke pemilu, tapi nyatanya mana, realitanya mana?
Saya katakana slogan, karena semuanya masih abstrak untuk direalisasikan dalam sebuah kebijakan (baca perundang-undangan).

Berbeda dengan PKS.
PKS dalam kampanyenya sekarang ‘menjual’ gagasan, bukan hanya slogan.
Apa itu?

SIM SEUMUR HIDUP
PAJAK MOTOR GRATIS

Menurut penulis, ini langkah cerdas PKS dalam mengkampanyekan dirinya.
Ini bukan hanya slogan, karena:

1.       Memberlakukan SIM seumur hidup dan penghapusan pajak motor adalah sesuatu yang sangat mungkin direalisasikan. Tinggal merevisi (meng-amandement) perundangan yang sudah ada.

2.       SIM seumur hidup sudah diberlakukan di beberapa Negara maju (https://oto.detik.com/berita/d-4322297/sim-seumur-hidup-itu-cocok-di-negara-maju-di-indonesia-belum)

3.       Menyentuh langsung kepentingan masyarakat kecil. Sebagaimana kita ketahui, sepeda motor cc kecil, sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok bagi masyarakat, bukan lagi sebagai barang mewah. Kebutuhan mereka terhadap sepeda motor sudah tinggi, baik itu untuk usaha, keperluan keluarga, dll. Sehingga dengan dua isu ini (SIM Seumur Hidup dan Pajak Motor Gratis) tentunya masyarakat akan senang, akan menyambutnya dengan senang hati.

Penulis menilai, langkah PKS dengan Politik Gagasan ini mengawali kampanye cerdas, dan sudah waktunya kampanye yang slogan berakhir.

Dengan maraknya medsos, khususnya facebook dan whatsapp, yang semakin mudah diakses oleh masyarakat kecil, informasi-informasi yang bertebaran pun mudah dikonsumsi, sehingga menjadikan mereka semakin cerdas, bisa menilai mana yang hanya slogan dan mana yang benar-benar bisa direalisasikan.

Harapan penulis, semoga parpol-parpol yang lain pun meniru PKS dalam kampanyenya, tidak lagi ‘membohongi’ masyarakat dengan slogan-slogan ‘kosong’.

Mari kita akhiri Kampanye Slogan. Sudah saatnya masyarakat diberi janji-janji yang memang bisa direalisasikan.
Sudah saatnya Kampanye Gagasan lebih mewarnai arena pertempuran politik antar parpol.

Urip Widodo

Komentar

Posting Komentar