Cinta


Rasanya tidak ada seorang manusia pun di dunia ini yang tidak memiliki rasa cinta.

Cinta, satu perasaan yang sering mendominasi kavling perasaan yang ada dalam diri manusia.

Rasa cinta idealnya harus berbalas rasa cinta, antara yang mencintai dengan yang dicintai.

Karena kalau tidak, maka namanya ‘bertepuk sebelah tangan’.

 

Rasa cinta bisa memunculkan rasa marah atau emosi.

Rasa cinta bisa mengalahkan rasa takut atau malu.

Rasa cinta bisa menghilangkan rasa lelah atau cape.

Rasa cinta bisa menimbulkan energi atau tenaga berlebih.

Tidak perlu penjelasan rinci untuk membuktikan itu semua, kita bisa melihatnya atau bahkan merasakannya dalam realita kehidupan sehari-hari atau dalam kehidupan fiksi seperti dalam cerita novel, sinetron, film atau drama.

 

Tapi bagi kita selaku seorang muslim yang beriman, rasa cinta ini tentunya harus selaras dengan tuntutan tauhid kita kepada Allah swt. Perasaan cinta kita hanya harus bermuara pada Sang Maha Pencipta, Allah swt. Perasaan cinta kepada Allah swt ini, harus berbalas pula, dengan cinta dari-Nya.

 

“Wahai orang-orang yang beriman! Barangsiapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya,...............”  (QS. Al-Maidah: 54)

 

Di ayat di atas, Allah swt menyebutkan karakteristik kaum pengganti, apabila semua orang beriman di dunia ini murtad, yaitu Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai Allah. Cinta saling berbalas antara yang mencintai dan yang dicintai.

 

Lalu bagaimana cara kita mencintai Allah dan sekaligus juga mendapatkan balasan cinta dari-Nya ?

 

Menurut Imam Ibnul Qayyim, bukti seorang hamba mencintai Allah adalah dia senantiasa melakukan segala kewajiban yang diperintahkan Allah swt (ibadah-ibadah fardhu) serta menjauhi dan menghindari segala apapun yang dilarang atau diharamkan oleh Allah swt.

 

Tapi ini baru cinta sepihak. Cinta seorang hamba kepada Khaliqnya, Allah swt.

 

Lalu bagaimana supaya cinta itu berbalas?

 

Menurut Imam Ibnul Qayyim lagi, seseorang akan mendapatkan rasa cinta dari Allah swt ketika dia senantiasa melaksanakan ibadah-ibadah nawafil (tambahan) atau ibadah-ibadah sunah. Ini dijelaskan di hadits Arba’in Imam Nawawi, hadits nomor ke-38,

 

“Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman: ‘Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku sukai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunah HINGGA AKU MENCINTAINYA. Jika Aku telah mencintainya, Aku menjadi telinganya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi matanya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, Aku pasti memberinya. Dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, Aku pasti melindunginya’.” (HR. Bukhari)

 

Sangat jelas, bahwa untuk mendapatkan balasan cinta dari Allah swt, kita harus menambah ibadah kita dengan ibadah-ibadah sunah, setelah kita konsisten (istiqomah) melakukan ibadah-ibadah fardhu (wajib), sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Allah swt.

 

Tidak ada perasaan yang paling membahagiakan selain rasa cinta yang saling berbalas. Terutama cinta seorang hamba dengan Penciptanya, Allah swt.

 

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda,

“Sesungguhnya Allah swt jiwa mencintai seorang hamba, maka dia memanggil malaikat Jibril dan berkata, ‘Wahai Jibril, Aku mencintai orang ini maka cintailah dia!’ Maka Jibrilpun mencintainya. Lalu Jibril pun mengumumkan ke seluruh penduduk langit dan berkata, ‘Wahai penduduk langit, sesungguhnya Allah mencintai orang ini, maka cintailah pula dia oleh kalian semua’. Maka seluruh penduduk langitpun mencintainya. Kemudian orang itu pun dicintai oleh segenap makhluk Allah di muka bumi ini.” (HR. Bukhari)

 

Masya Allah...

Lihatlah !

Ketika Allah mencintai seorang hamba, Dia tidak memendam rasa cintanya itu, tapi Dia umumkan ke seluruh makhluk.

 

Subhanallah...

 

Mari kita cintai Allah dengan keistiqomahan melaksanakan ibadah-ibadah fardhu.

Dan mari kita raih cinta Allah dengan keistiqomahan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah.

 

Komentar