Ada yang berbeda malam pergantian
tahun kali ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Malam tahun baru kali ini tidak
ada liukan bunga kembang api di langit malam, tidak ada riuhnya tiupan
terompet, juga tidak ada jubelan orang yang merasa pergantian tahun baru itu
harus dirayakan di luar rumah.
Ancaman virus Covid-19 yang belum
reda, bahkan muncul varian baru yang konon lebih berbahaya, membuat semua pemerintah
daerah sepakat untuk melarang malam pergantian tahun dirayakan. Tidak cukup
himbauan, akses menuju jalan-jalan protokol pun ditutup sejak sore hari.
Jadilah, malam tahun baru yang
sepi, serta jalanan yang lengang. Hal seperti ini memang seharusnya yang
terjadi di setiap malam tahun baru.
Mengapa? Karena hakikatnya,
setiap pergantian tahun adalah berarti pengurangan usia kita. Setiap pergantian
tahun berarti semakin mendekatkan kita pada akhir umur kita atau akhir dari
hidup kita. Karena itu, sangat tidak logis bahkan aneh kalau pergantian tahun
dirayakan dengan sukacita apalagi dengan pesta yang glamour.
Lalu apa yang harus dilakukan di
saat pergantian tahun? Evaluasi diri.
Malam pergantian tahun, adalah waktu yang tepat bagi kita untuk mengevaluasi semua yang kita alami setahun ke belakang. Kita ingat-ingat lagi, capaian apa yang kita raih di tahun kemarin. Harapan atau keinginan apa yang terealisasi. Juga, kegagalan apa yang kita alami. Dan sebagainya.
Dengan mengevaluasi diri atas apa
yang terjadi di tahun yang lalu, kita bisa membuat resolusi untuk tahun depan.
Dalam Islam evaluasi diri itu
dikenal dengan istilah muhasabah. Muhasabah berasal dari akar kata hasiba,
yahsabu, hisab. Artinya secara etimologis melakukan perhitungan. Dalam
terminologi syari, muhasabah adalah sebuah upaya evaluasi diri terhadap
kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya.
Dalam Islam muhasabah ini
termasuk amalan sunah yang sangat penting dilakukan. Bahkan bukan hanya setahun
sekali di saat pergantian tahun, tetapi di setiap malam, seorang Muslim
diharuskan melakukan muhasabah.
Sayidina Umar bin Khaththab ra pernah
berpesan, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab dan timbanglah diri
kalian sebelum kalian ditimbang karena lebih mudah bagi kalian menghisab diri
kalian hari ini daripada besok (hari kiamat). Dan bersiaplah untuk menghadapi
pertemuan terbesar. Ketika itu, kalian diperlihatkan dan tidak ada sesuatu pun
pada kalian yang tersembunyi.” (Az Zuhd, Ahmad bin Hambal, h. 177)
Dengan melakukan muhasabah secara
rutin, seorang Muslim akan senantiasa melakukan perbaikan. Senantiasa memperbaiki
diri dari sisi akhlak, ibadah, dan muamalah. Sekaligus memperbaiki diri dengan
mengurangi atau meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang syariah.
Untuk itu, ada dua hal yang lebih
baik dilakukan di malam pergantian tahun daripada dengan berpesta. Yaitu,
istighfar dan syukur.
Dalam kehidupannya, seorang manusia
cenderung melakukan dua hal, yaitu berbuat dosa atau melakukan amal saleh. Dua hal
inilah yang harus kita lihat di tahun kemarin. Dua hal ini yang berujung kepada
kita untuk beristighfar atau harus bersyukur.
Tidak ada satu orang pun manusia
yang tidak pernah berbuat dosa. Oleh karenanya, mengucapkan istighfar di malam
pergantian tahun sangat tepat dilakukan. Sebagai pernyataan permohonan ampun
kita kepada Allah Swt serta sebagai pernyataan tekad untuk tidak mengulanginya
lagi di tahun depan.
Rasulullah Saw saja yang dijamin
diampuni dosa-dosanya, tetap membaca istighfar setiap hari. Dari Abu Hurairah ra
beliau berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Demi Allah, sesunguhnya aku
beristighfar (memohon ampun) kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya lebih dari
tujuh puluh kali dalam sehari." (Hadits Riwayat al-Bukhari)
Dalam hadits lain diriwayatkan
dari Abu Hamzah Anas bin Malik al-Anshari, Rasulullah bersabda, "Wahai
manusia, bertaubatlah kepada Allah dan beristighfarlah (memohon) ampun
kepada-Nya, Karena sesungguhnya aku bertaubat sebanyak seratus kali dalam satu
hari."
Setelah mengingat dosa-dosa kita
dan kemudian kita ber-istighfar, selanjutnya kita mengingat segala
keberhasilan, kesuksesan, nikmat, dan apapun yang membuat kita bahagia di tahun
kemarin. Untuk kemudian kita mensyukurinya.
Allah Swt berjanji, dengan mensyukuri
nikmat, maka Dia akan menambah nikmat tersebut. Dalam al-Quran surat Ibrahim ayat
7, Allah Swt berfirman,
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu
memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku
sangat berat."
Tentu semua berharap
keberhasilan, kesuksesan dan kenikmatan yang diraih di tahun kemarin dapat
diraih kembali di tahun depan, bahkan dengan raihan yang lebih banyak. itu
semua sudah pasti sesuai janji Allah, manakala kita mensyukuri setiap
keberhasilan, kesuksesan dan kenikmatan tersbut.
Istighfar dan syukur merupakan
jaminan di tahun depan, kita akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari
tahun kemarin.
Jadi berharap sepinya malam
pergantian tahun yang terjadi tahun ini terulang di setiap pergantian tahun
selanjutnya. Namun, bukan karena pandemi penyebabnya, tetapi karena setiap
orang menyibukkan diri untuk beristighfar dan bersyukur.
Komentar
Posting Komentar