Day21 - Tidak Ada Beban yang Berat

 



Di setiap perjalanan selalu saja ada hambatan atau rintangan yang menghadang, yang dapat memperlambat perjalanan atau bahkan menghentikan. Namun, kalau semangat kita untuk sampai ditujuan sangat besar, maka hambatan apa pun pasti dapat diatasi. Bagaimanapun kita akan mencari akal untuk mengatasi setiap rintangan.

 

Begitupun dalam 'perjalanan' kehidupan kita di dunia ini. Perjalanan kita tersebut akan menuju ke sebuah taman yang indah yang dipenuhi oleh semua sumber kebahagiaan manusia. Apa pun yang membuat manusia bahagia ada di taman tersebut.

 

Saking istimewanya taman tersebut, maka hanya orang-orang tertentu yang boleh masuk. Hanya orang-orang yang sanggup melewati rintangan atau hambatan dalam perjalanan hidupnya.

 

Memang tidak mudah melakukan perjalanan hidup untuk sampai di taman yang indah itu. Karena ada dua hambatan yang harus dihadapi, hambatan dari dalam diri kita sendiri dan hambatan dari luar.

 

Hambatan dalam diri yang harus pertama kali kita atasi. Karena kalau kita tidak sanggup mengatasi hambatan dalam diri ini, maka sekecil apa pun hambatan yang ada di luar diri kita, tidak akan sanggup dilewati.

 

Salah satu hambatan dari dalam yang sering muncul dan banyak yang tidak sanggup mengatasinya adalah rasa percaya diri yang rendah. Merasa diri tidak punya kekuatan, sehingga merasa tidak akan sanggup mengatasi masalah.

 

Saat mendapatkan musibah (hambatan hidup), kita sering merasa musibah itu adalah musibah terberat yang kita hadapi. Kita seolah menjadi orang yang paling menderita dengan musibah tersebut. Apalagi kemudian kita membandingkannya dengan apa yang dihadapi orang lain. Kita merasa buntu, tidak ada jalan keluar atau solusi dari musibah yang kita hadapi tersebut.

 

Padahal, Allah Yang Mahaadil tidak akan menzalimi hambaNya. Apalagi Dia pun Maha Penyayang. Tentu saja Dia tidak akan mendatangkan musibah di luar kemampuan kita.

 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

 

"Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir." (QS. Al-Baqarah: 286)

 

Kalimat pertama ayat di atas adalah janji Allah swt. bahwa Dia tidak akan membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Jadi, seberat atau sebesar apa pun musibah yang kita hadapi, Allah sudah atur, kita akan sanggup mengatasinya. Hanya hambatan dalam diri, berupa sikap pesimis, mudah menyerah, gampang mengeluh, yang membuat kita merasa tidak sanggup.

 

Kuncinya adalah yakin. Yakin bahwa Allah Mahaadil. Seyakin kita pada guru anak kita, yang kelas 3 SD, bahwa dia tidak akan memberi soal kelas 4 atau kelas 5 dalam kenaikan kelas.

 

Kita pun harus yakin bahwa Allah Maha Penyayang, semakin kita pada guru yang pasti juga menyangi anak kita sebagai muridnya. Tidak ada guru yang ingin muridnya tidak naik kelas.

 

Dan kita pun harus yakin bahwa di balik musibah yang kita hadapi itu ada hikmah, ada pelajaran, yang akan menambah kekuatan kita untuk meneruskan perjalanan, hingga sampai di tujuan, taman yang indah, dengan selamat.

Komentar