Gejolak Fitnah (5)

Sebuah fragmen kelam dalam kehidupan Rasulullah SAW.

Sebuah pembuktian, bahwa cinta dan ketaatan mampu meredam gejolak fitnah 


Setelah sebulan Aisyah menderita, menanggung kesedihan dan rasa malu. Akhirnya, Allah SWT menurunkan sepuluh ayat dari surat An-Nuur, yaitu ayat 11 sampai ayat 20, perihal berita dusta ini. Selain untuk mengklarifikasi tuduhan terhadap Aisyah, ayat inipun menginformasikan bahwa penyebar fitnah tersebut adalah orang-orang di sekitar mereka, yang bergaul setiap hari dengan mereka.

 

Dengan turunnya ayat ini, maka permasalahan ini pun menjadi jelas. Rasulullah SAW dan Aisyah pun merasa lega. Begitu juga yang dirasakan oleh kaum Muslimin, namun mereka merasa marah terhadap orang-orang yang ikut andil dalam mencoreng nama baik Aisyah.

 

Salah satunya Abu Bakar, yang marah kepada keponakannya sendiri Misthah yang turut menyebarkan fitnah terhadap Aisyah, padahal selama ini Abu Bakar lah yang menanggung biaya hidup Misthah. Sampai-sampai Abu Bakar kemudian bersumpah untuk menghentikan bantuannya. Namun kemudian ditegur oleh Allah Ta’ala melalui surat An-Nuur ayat 22.

 

Mendapatkan berita gembiran melalui wahyu Allah SWT, Rasulullah SAW pun tersenyum dan kalimat yang pertama kali beliau ucapkan ketika itu adalah, “Kabar gembira wahai Aisyah!  Allah Ta’ala telah menjauhkanmu dari perbuatan tersebut. Allah Ta’ala telah mengampunimu.”

 

Mendengar ucapan Rasulullah SAW tersebut, ibunya Aisyah berkata, “Berdirilah anakku, hampiri suamimu, berbahagialah, semua kebohongan tentangmu telah terjawab.”

 

“Demi Allah, aku tidak akan berdiri dan menghampirinya dan aku tidak akan memuji kecuali kepada Allah Ta’ala. Karena Dia lah yang telah menurunkan wahyu yang menjelaskan akan jauhnya diriku dari hal itu,” jawab Aisyah.

 

“Allah telah memberi penjelasan bahwa aku tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan,” lanjut Aisyah.

 

Aisyah tidak mengira kalau Allah SWT menurunkan wahyu, khusus untuk menyelesaikan permasalahan dirinya. Menerima firman Allah tersebut yang disampaikan suaminya, Rasulullah SAW, Aisyah merasa lepas dari semua beban. Wajahnya kembali berseri kemerah-merahan. Begitu juga Abu Bakar dan seluruh kaum Muslimin, merasa berbahagia mendapat kabar gembira tersebut.

 

--== ++ T A M A T ++ ==--

 

Cerita di atas terinspirasi oleh Hadits yang diriwayatkan Bukhari, yang bunyinya:

Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Abu 'Awanah dari Hushain dari Abu Wa'il ia berkata; telah menceritakan kepadaku Masruq bin Al Ajda' ia berkata; telah menceritakan kepadaku Ummu Ruman ibunya 'Aisyah radliallahu 'anhuma, ia berkata; "Saat aku dan 'Aisyah duduk, tiba-tiba datang seorang wanita Anshar seraya berkata; "Semoga Allah berbuat terhadap fulan dan pasti berbuat." Maka Ummu Ruman bertanya; "Ada apa sebenarnya?". Wanita itu berkata; "Putraku termasuk orang yang menyebarkan berita ini." 'Aisyah bertanya; "Berita apa itu?". Wanita itu menjawab; "Begini dan begini". 'Aisyah bertanya; "Apakah Rasulullah SAW shallallahu 'alaihi wasallam telah mendengarnya?". Dia menjawab; "Ya". 'Aisyah bertanya lagi; "Dan Abu Bakr?". Dia menjawab; "Ya". Maka 'Aisyah jatuh pingsan dan tidak sadarkan diri melainkan setelah menderita demam yang sangat tinggi. Aku lalu menyelimutinya dengan pakainnya dan menutupinya hingga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam datang dan bertanya: "Ada apa dengannya?". Aku jawab; "Wahai Rasulullah SAW, dia terserang demam." Beliau bersabda: "Ini pasti karena berita bohong yang engkau ceritakan." Ummu Ruman berkata; "Ya benar." Kemudian 'Aisyah duduk dan berkata; "Demi Allah, seandainya aku bersumpah, engkau tidak akan mempercayaiku dan seandainya aku katakan tidak, maka kalian akan menuduhku, permisalanku dengan kalian seperti Ya'qub 'alaihis salam dengan anak-anaknya ketika dia berkata: "Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." QS Yusuf; 18. Ummu Ruman berkata; "Lalu beliau berlalu tnpa mengucapkan sepatah katapun. Kemudian Allah menurunkan firman-Nya yang menjelaskan bukti sucinya diri 'Aisyah dari segala tuduhan. Saat itu 'Aisyah berkata; "(Segala puji bagi Allah) dan ini karena Allah Yang Maha Terpuji dan seseorang tidak layak mendapat pujian dan tidak pula engkau."

---

Berikut Surat An-Nuur ayat 11 sampai dengan ayat 20, yang menjelaskan permasalahan yang sebenarnya dari fitnah yang menimpa Aisyah.

11. “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”

 

12. “Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mu 'minin dan mu 'minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata."

 

13. “Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta.”

 

14. “Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.”

 

15. “(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.”

 

16. “Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar."

 

17. “Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman.”

 

18. “dan Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”

 

19. “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.”

 

20. “Dan sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).”

 

Sementar teguran kepada Abu Bakar, Allah sampaikan dalam ayat 22,

 

22. “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema 'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?  Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

 

 

Pelajaran dari kisah yang lebih dikenal dengan Haditsul Ifki ini adalah:

 

1.   Tidak semua orang menyukai kita. Sebaik apa pun kita. Akan selalu ada orang atau orang-orang yang membenci kita. Rasulullah SAW saja, seorang utusan Allah SWT, ada yang membenci, apalagi kita yang orang biasa.

 

2.        Berbagai cara akan diusahakan oleh orang-orang yang membenci kita, untuk menjatuhkan kredibilitas kita. Mencoreng harga diri kita. Mempermalukan kita.

 

3.        Jangan kaget kalau justru orang-orang yang dekat dengan kita yang paling benci kepada kita.

 

4.        Selama kita tidak bersalah dan selalu melakukan kebaikan, bersabarlah. Apa pun yang terjadi Allah SWT Yang Mahaadil lebih tahu.

 

5.   Jangan berhenti berbuat baik kepada seseorang walaupun kemudian diketahui orang tersebut ternyata melakukan suatu kejahatan kepada kita.


Komentar