Sebuah fragmen kelam dalam kehidupan Rasulullah SAW.
Sebuah pembuktian, bahwa cinta dan ketaatan mampu meredam gejolak fitnah
Setelah sebulan Aisyah menderita,
menanggung kesedihan dan rasa malu. Akhirnya, Allah SWT menurunkan sepuluh ayat
dari surat An-Nuur, yaitu ayat 11 sampai ayat 20, perihal berita dusta ini. Selain
untuk mengklarifikasi tuduhan terhadap Aisyah, ayat inipun menginformasikan
bahwa penyebar fitnah tersebut adalah orang-orang di sekitar mereka, yang
bergaul setiap hari dengan mereka.
Dengan turunnya ayat ini, maka
permasalahan ini pun menjadi jelas. Rasulullah SAW dan Aisyah pun merasa lega.
Begitu juga yang dirasakan oleh kaum Muslimin, namun mereka merasa marah terhadap
orang-orang yang ikut andil dalam mencoreng nama baik Aisyah.
Salah satunya Abu Bakar, yang marah
kepada keponakannya sendiri Misthah yang turut menyebarkan fitnah terhadap
Aisyah, padahal selama ini Abu Bakar lah yang menanggung biaya hidup Misthah. Sampai-sampai
Abu Bakar kemudian bersumpah untuk menghentikan bantuannya. Namun kemudian
ditegur oleh Allah Ta’ala melalui surat An-Nuur ayat 22.
Mendapatkan berita gembiran melalui
wahyu Allah SWT, Rasulullah SAW pun tersenyum dan kalimat yang pertama kali
beliau ucapkan ketika itu adalah, “Kabar gembira wahai Aisyah! Allah Ta’ala telah menjauhkanmu dari perbuatan
tersebut. Allah Ta’ala telah mengampunimu.”
Mendengar ucapan Rasulullah SAW
tersebut, ibunya Aisyah berkata, “Berdirilah anakku, hampiri suamimu,
berbahagialah, semua kebohongan tentangmu telah terjawab.”
“Demi Allah, aku tidak akan berdiri dan
menghampirinya dan aku tidak akan memuji kecuali kepada Allah Ta’ala. Karena Dia
lah yang telah menurunkan wahyu yang menjelaskan akan jauhnya diriku dari hal
itu,” jawab Aisyah.
“Allah telah memberi penjelasan bahwa
aku tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan,” lanjut Aisyah.
Aisyah tidak mengira kalau Allah SWT
menurunkan wahyu, khusus untuk menyelesaikan permasalahan dirinya. Menerima
firman Allah tersebut yang disampaikan suaminya, Rasulullah SAW, Aisyah merasa
lepas dari semua beban. Wajahnya kembali berseri kemerah-merahan. Begitu juga
Abu Bakar dan seluruh kaum Muslimin, merasa berbahagia mendapat kabar gembira
tersebut.
--== ++ T A M A T ++ ==--
Cerita di atas terinspirasi oleh Hadits yang diriwayatkan
Bukhari, yang bunyinya:
Telah
menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il telah menceritakan kepada kami Abu
'Awanah dari Hushain dari Abu Wa'il ia berkata; telah menceritakan kepadaku
Masruq bin Al Ajda' ia berkata; telah menceritakan kepadaku Ummu Ruman ibunya
'Aisyah radliallahu 'anhuma, ia berkata; "Saat aku dan 'Aisyah duduk,
tiba-tiba datang seorang wanita Anshar seraya berkata; "Semoga Allah
berbuat terhadap fulan dan pasti berbuat." Maka Ummu Ruman bertanya;
"Ada apa sebenarnya?". Wanita itu berkata; "Putraku termasuk
orang yang menyebarkan berita ini." 'Aisyah bertanya; "Berita apa
itu?". Wanita itu menjawab; "Begini dan begini". 'Aisyah
bertanya; "Apakah Rasulullah SAW shallallahu 'alaihi wasallam telah
mendengarnya?". Dia menjawab; "Ya". 'Aisyah bertanya lagi;
"Dan Abu Bakr?". Dia menjawab; "Ya". Maka 'Aisyah jatuh
pingsan dan tidak sadarkan diri melainkan setelah menderita demam yang sangat
tinggi. Aku lalu menyelimutinya dengan pakainnya dan menutupinya hingga Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam datang dan bertanya: "Ada apa
dengannya?". Aku jawab; "Wahai Rasulullah SAW, dia terserang
demam." Beliau bersabda: "Ini pasti karena berita bohong yang engkau
ceritakan." Ummu Ruman berkata; "Ya benar." Kemudian 'Aisyah
duduk dan berkata; "Demi Allah, seandainya aku bersumpah, engkau tidak
akan mempercayaiku dan seandainya aku katakan tidak, maka kalian akan
menuduhku, permisalanku dengan kalian seperti Ya'qub 'alaihis salam dengan
anak-anaknya ketika dia berkata: "Dan Allah sajalah yang dimohon
pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan." QS Yusuf; 18. Ummu
Ruman berkata; "Lalu beliau berlalu tnpa mengucapkan sepatah katapun.
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya yang menjelaskan bukti sucinya diri
'Aisyah dari segala tuduhan. Saat itu 'Aisyah berkata; "(Segala puji bagi
Allah) dan ini karena Allah Yang Maha Terpuji dan seseorang tidak layak
mendapat pujian dan tidak pula engkau."
---
Berikut Surat An-Nuur ayat 11 sampai
dengan ayat 20, yang menjelaskan permasalahan yang sebenarnya dari fitnah yang
menimpa Aisyah.
11. “Sesungguhnya orang-orang yang
membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira
bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.
Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya.
Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam
penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”
12. “Mengapa di waktu kamu mendengar
berita bohong itu orang-orang mu 'minin dan mu 'minat tidak bersangka baik
terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah
suatu berita bohong yang nyata."
13. “Mengapa mereka (yang menuduh itu)
tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka
tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang
yang dusta.”
14. “Sekiranya tidak ada kurnia Allah
dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa
azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu.”
15. “(Ingatlah) di waktu kamu menerima
berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang
tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.
Padahal dia pada sisi Allah adalah besar.”
16. “Dan mengapa kamu tidak berkata,
diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi
kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang
besar."
17. “Allah memperingatkan kamu agar
(jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu
orang-orang yang beriman.”
18. “dan Allah menerangkan ayat-ayatNya
kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
19. “Sesungguhnya orang-orang yang
ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan
orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat.
Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.”
20. “Dan sekiranya tidaklah karena
kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan
Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar).”
Sementar teguran kepada Abu Bakar,
Allah sampaikan dalam ayat 22,
22. “Dan janganlah orang-orang yang
mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka
(tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang
miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka
mema 'afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah
mengampunimu? Dan Allah adalah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Pelajaran dari kisah yang lebih dikenal
dengan Haditsul Ifki ini adalah:
1. Tidak semua orang menyukai kita. Sebaik apa pun kita. Akan selalu ada
orang atau orang-orang yang membenci kita. Rasulullah SAW saja, seorang utusan
Allah SWT, ada yang membenci, apalagi kita yang orang biasa.
2.
Berbagai cara akan diusahakan oleh orang-orang yang membenci kita,
untuk menjatuhkan kredibilitas kita. Mencoreng harga diri kita. Mempermalukan
kita.
3.
Jangan kaget kalau justru orang-orang yang dekat dengan kita yang
paling benci kepada kita.
4.
Selama kita tidak bersalah dan selalu melakukan kebaikan, bersabarlah.
Apa pun yang terjadi Allah SWT Yang Mahaadil lebih tahu.
5. Jangan berhenti berbuat baik kepada seseorang walaupun kemudian
diketahui orang tersebut ternyata melakukan suatu kejahatan kepada kita.
Komentar
Posting Komentar