Beberapa bulan yang lalu media olahraga bola<dot>com
menayangkan berita tentang lima striker haus gol. Judul beritanya ‘Termasuk
Messi, Ini 5 Striker Haus Gol di Eropa’. Mereka itu adalah Edinson Cavani yang
bermain di Paris Saint-Germain, Ciro Immobile (Lazio), Lionel Messi
(Barcelona), Radamel Falcao (AS Monaco), dan Harry Kane (Tottenham Hotspur).
Kelimanya disebut haus gol karena telah mengoleksi banyak
gol. Mereka hampir selalu memasukkan bola ke gawang lawan dalam setiap
pertandingan. Contohnya Edinson Cavani. Dalam sebelas laga di Ligue 1 Prancis,
dia telah memasukkan tiga belas kali.
Istilah haus gol memang diberikan kepada pemain yang selalu
bernafsu menjebol gawang lawan. Setiap kesempatan, setiap peluang selalu
berusaha untuk dijadikan gol.
Nah, kita harus belajar dari mereka. sebagai seorang Muslim
yang menginginkan kehidupan yang bahagia kelak di surga, kita harus memiliki
pahala sebanyak mungkin. Tentu kita sudah tahu, bahwa nanti kita semua akan
melewati Mizan atau timbangan. Yang akan mengukur berat dosa dan pahala kita.
Jika pahala kita lebih berat, maka Allah Swt akan memasukan kita ke dalam
surga.
Oleh karenanya, kita harus menjadi orang-orang yang haus
pahala. Meminjam dari istilah haus gol di atas. Setiap peluang harus kita
manfaatkan supaya menjadi amal soleh yang berbuah pahala. Setiap waktu harus
digunakan untuk melakukan sesuatu yang bernilai ibadah.
Caranya?
Manfaatkan niat!
Maksudnya?
Dalam sebuah hadis diriwayatkan Rasulullah Saw bersabda,
“Setiap amal itu tergantung pada niatnya.”
Jadi, setiap perbuatan (amal) akan berakhir sebagaimana niat
awalnya. Riwayat hadis itu turun ketika ada seorang yang ikut hijrah ke Madinah
tetapi dengan niat mengikuti wanita yang dicintainya, yang ingin dinikahinya.
Di hadis itu disebutkan bahwa si lelaki tadi mendapatkan yang diniatkannya,
yaitu menikahi wanita yang dicintainya. Namun, hijrahnya tidak menghasilkan
pahala.
Secara umum dalam hukum fikih kita mengenal istilah ‘mubah’.
Yaitu sesuatu yang jika dikerjakan atau tidak dikerjakan tidak berkonsekuensi
apa-apa. Tidak berpahala juga tidak berdosa. Contohnya makan, minum, mandi,
tidur, dan lain-lain. Namun, bagi kita yang haus pahala, hal-hal seperti tadi
harus dimanfaatkan supaya menjadi pahala. Caranya dengan mengawalinya dengan
niat untuk ibadah.
Makan misalnya. Kita awali dengan membaca basmalah kemudian
membaca doa sebelum makan, dan kemudian dalam hati diniatkan bahwa kita makan
supaya tubuh kita sehat dan kuat agar dapat beribadah dengan maksimal dan
khusyu.
Begitupun dengan tidur. Kita awali dengan basmalah, membaca
doa sebelum tidur, cara tidurnya mengikuti cara Rasulullah Saw tidur, dan
diniatkan untuk memenuhi hak tubuh untuk istirahat.
Dengan memperbaharui niat disertai diawali membaca basmalah
dan doa, maka perbuatan-perbuatan yang kita lakukan tersebut akan bernilai
ibadah dan akan menghasilkan pahala.
Begitupun saat memanfaatkan waktu. Sebagai seorang yang haus
pahala, setiap ada waktu luang kita manfaatkan untuk melakukan sesuatu yang
bernilai ibadah. Misalnya saat mengantri di dokter. Kita manfaatkan waktu
menunggu tersebut sambil berzikir atau membaca istighfar. Tentu tidak harus
keras-keras.
Atau saat terjebak macet. Daripada uring-uringan lebih baik
manfaatkan untuk berzikir atau ber-istighfar. Atau bisa juga dimanfaatkan untuk
murojaah (mengulang-ulang) hafalan Qur’an kita.
Begitu juga dengan aktivitas menulis. Saat ini saya berusaha
rutin menulis setiap hari, selain ingin menantang diri sendiri untuk berlatih
konsisten, juga diniatkan berdakwah, menyampaikan hal-hal yang baik, yang
semoga dapat diambil manfaatnya oleh pembaca.
Sebagaimana seorang striker yang haus gol, kita pun harus
haus pahala. Sekecil apa pun peluang, harus kita manfaatkan menjadi pahala.
Terutama di bulan Ramadhan ini, saat pahala dilipatgandakan oleh Allah Swt.
Amalah-amalan sunah akan dihitung sebagai amalah wajib pahalanya. Oleh
karenanya, sangat merugi kalau kita tidak memanfaatkan bulan Ramadhan sebagai
lumbung pahala.
Wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar