Kisah Dua Babak Pengadilan Akhirat

 


Babak 1

 

Seseorang merasa berbahagia saat selesai menjalani penghitungan amal. Amal salehnya ternyata lebih banyak, dia pun menunggu panggilan Allah Swt untuk memasuki surga-Nya. Namun, sesaat dia hendak memasuki surga, ada seseorang yang lain berseru.

 

“Ya Allah, orang itu memang selama di dunia banyak beramal saleh. Tetapi pernah di suatu hari dia memukulku tanpa alasan.”

 

Allah Swt kemudian memanggil orang pertama yang hendak masuk surga, dan mengkonfirmasi, “Betulkah yang dikatakan orang itu?”

 

“Betul, ya Allah,” jawab orang yang hendak masuk surga seraya menunduk.

 

“Kalau begitu pahalamu harus diberikan ke orang itu sebagai pengganti perbuatan zalimmu.”

 

Maka kemudian sebagian pahala amal saleh orang tersebut diserahkan kepada orang yang pernah dipukulnya.

 

Setelah selesai, ternyata orang yang mengajukan protes terus berdatangan.

 

“Ya Allah … orang itu telah memfitnahku.”

“Dia telah menghinaku.”

“Ya Allah, dia punya hutang kepadaku dan tidak mau membayar.”

“Dia telah menipuku, ya Allah.”

Dan tuntutan-tuntutan lainnya.

 

Pahala orang yang mau ke surga tadi pun terus diambil dan diserahkan kepada orang-orang yang protes. Sampai habis pahala amal salehnya. Dan, setelah habis pahala amal salehnya, orang yang protes tidak berhenti.

 

Karena tidak memiliki stok pahala amal saleh lagi, maka konsekuensinya adalah, dosa orang-orang yang dizaliminya diserahkan kepadanya. Sehingga dia sekarang bukan saja tidak memiliki pahala amal saleh, tetapi sekarang jadi banyak dosa. Dosa limpahan dari orang-orang yang dizaliminya.

 

Orang itu pun gagal masuk surga. Allah Swt kemudian menjerumuskannya ke dalam neraka.

 

Kisah di atas adalah gambaran dari hadis sebagai berikut, “Suatu ketika Rasulullah Saw bertanya kepada sahabat-shahabatnya, “Tahukah kalian siapa itu yang disebut orang bangkrut?” Mereka pun menjawab, “Kalau di kita, orang bangkrut ialah orang yang sudah tak lagi punya uang dan barang.”

 

Beliau Saw kemudian berkata: “Sesungguhnya orang bangkrut di antara umatku ialah yang datang di hari kiamat kelak dengan membawa pahala-pahala salat, puasa, dan zakat. Namun, dalam pada itu sebelumnya pernah mencaci ini, menuduh itu, memakan harta ini, mengalirkan darah itu, dan memukul ini. Maka dari pahala-pahala kebaikannya, akan diambil dan diberikan kepada si ini dan si itu, kepada orang-orang yang yang telah ia zalimi. Jika pahala-pahala kebaikannya habis sebelum semua yang menjadi tanggungannya terhadap orang-orang dipenuhi, maka akan diambil dari keburukan-keburukan orang-orang itu dan ditimpakan kepadanya. Kemudian dia pun dilemparkan ke neraka.” (Dari hadis shahih riwayat imam Muslim bersumber dari shahabat Abu Hurairah)

 

Orang yang bangkrut adalah orang yang meninggal dengan membawa pahala yang banyak, namun Allah Swt memasukannya ke neraka. Karena perbuatan zalimnya selama di dunia.

 

 

Babak 2

 

Pada suatu hari, Rasulullah Saw sedang berkumpul dengan para sahabatnya. Di tengah perbincangan dengan para sahabatnya itu, tiba-tiba Rasulullah Saw tertawa ringan sampai-sampai terlihat gigi depannya.

 

Umar bin Khaththab ra yang berada di dekatnya bertanya, "Demi engkau, ayah dan ibuku sebagai tebusannya, apa yang membuatmu tertawa, wahai Rasulullah?"

 

Rasulullah SAW menjawab, "Aku di beritahu Malaikat, bahwa pada hari kiamat nanti, ada dua orang yang duduk bersimpuh sambil menundukkan kepala mereka di hadapan Allah."

 

Rasulullah Saw kemudian melanjutkan.

 

"Salah seorang di antaranya mengadu kepada Allah sambil berkata, ‘Ya Rabb, ambilkan pahala kebaikan dari orang ini untukku, karena dulu ia pernah berbuat zalim kepadaku’".

 

Allah Swt berkata, "Bagaimana mungkin Aku mengambil kebaikan saudaramu ini, karena dia sudah tidak memiliki kebaikan sedikitpun?"

 

Orang itu lalu berkata, "Ya Allah, kalau begitu, biarlah dosa-dosaku dipikul olehnya".

 

Rasulullah Saw menghentikan ceritanya. Mata Beliau berkaca-kaca. Rasulullah Saw tidak mampu menahan tetesan airmatanya.

 

Beliau menangis ...

 

Beberapa jenak kemudian Rasulullah berkata, "Hari itu adalah hari yang begitu mencekam, di mana setiap manusia ingin agar ada orang lain yang memikul dosa-dosanya."

 

Rasulullah Saw pun melanjutkan kisahnya.

 

Lalu Allah berkata kepada orang yang mengadu tadi, "Sekarang angkat kepalamu ...."

 

Orang itu mengangkat kepalanya, dan dilihatnya bangunan istana yang megah dan bercahaya. Dia lalu berkata, "Ya Allah, aku melihat di depanku ada istana-istana yang terbuat dari emas, dengan puri dan singgasananya yang terbuat dari emas dan perak bertatahkan intan berlian.

 

Istana-istana itu untuk Nabi yang mana, ya Rabb?

Untuk orang saleh yang mana, ya Allah?

Untuk Syuhada yang mana, ya Rabb?"

 

Allah Swt pun berkata, "Istana-istana itu akan diberikan kepada orang yang mampu membayar harganya."

 

Orang itu berkata, "Siapakah yang bakal mampu membayar harganya, ya Allah?"

 

"Engkau pun mampu membayar harganya," jawab Allah Swt.

 

Orang itu terperanjat, lalu berkata, "Dengan cara apa aku membayarnya, ya Rabb?"

 

“Caranya dengan engkau memaafkan saudaramu yang duduk di sebelahmu itu. Yang kau adukan kezalimannya kepada-Ku.”

 

"Ya Rabb, sekarang aku memaafkannya."

 

“Kalau begitu, gandeng tangan saudaramu itu, dan ajak ia masuk surga bersamamu."

 

Setelah menceritakan kisah itu, Rasulullah saw. Berkata, "Bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaknya kalian saling berdamai dan memaafkan, sesungguhnya Allah mendamaikan persoalan yang terjadi di antara kaum muslimin."

 

(Kisah di atas terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Hakim, dengan sanad yang shahih)

 

Kita yang merasa dizalimi memang punya hak untuk menuntut. Namun, memaafkan tetap lebih baik, tetap lebih indah, dan tetap lebih berharga di mata Allah Swt.

 

Semoga menginspirasi.

Komentar