Suatu hari Andi dan kakaknya Santi berlibur di rumah
kakek-nenek mereka di kampung. Mengisi liburan di kampung, Andi punya mainan
baru. Ketapel. Suatu sore dengan senangnya dia berlatih dan terus berlatih
mengunakan ketapel. Namun, sayangnya tidak ada satu pun tembakannya yang
berhasil mengenai sasaran.
Dengan kesal dia kembali pulang untuk makan malam. Pada
waktu pulang, dilihatnya bebek peliharaan neneknya. Masih dalam keadaan kesal,
dibidiknya bebek itu. Ternyata tembakannya tepat mengenai kepala, dan matilah
si bebek.
Andi terperanjat dan sedih sekaligus takut. Dengan panik,
disembunyikannya bangkai bebek di dalam timbunan kayu. Dia sempat melihat kakaknya
mengawasinya. Santi melihat semuanya, tetapi dia tidak berkata apapun.
Saat makan malam selesai, nenek berkata, “Santi, cuci piring
ya!.”
Tetapi Santi berkata, “Nenek, Andi tadi bilang dia ingin
membantu di dapur. Bukankah demikian Andi?” kata Santi sambil terus mendekatkan
mulutnya ke telinga Andi, lalu berbisik, “Ingat bebek!”
Karena takut ketahuan Andi pun menuruti perintah kakaknya
dan mencuci piring.
Di waktu yang lain, saat kakek ingin mengajak anak-anak
untuk pergi memancing, si nenek pun berkata, “Maaf kek, tetapi aku perlu Santi
untuk membantuku menyiapkan makanan.”
Tetapi Santi tersenyum dan berkata, “Tidak apa-apa, karena Andi
bilang kalau dia saja yang akan membantu. Iya kan Andi??" Kembali dia
berbisik, “Ingat bebek”.
Akhirnya Santi pun pergi memancing dan Andi tinggal dirumah.
Setelah beberapa hari Andi mengerjakan tugas-tugasnya dan
juga tugas-tugas Santi, akhirnya dia tidak tahan lagi. Ditemuinya nenek lalu Andi
mengaku telah membunuh bebek neneknya dan meminta maaf atas kesalahannya.
Mendengar pengakuan Andi, nenek merangkulnya dan berkata,
“Sayangku, nenek tahu kok. Tidakkah kau lihat, nenek saat itu berdiri di jendela
dan melihat semuanya. Karena nenek mencintaimu, nenek memaafkanmu. Hanya … nenek
heran, berapa lama engkau akan membiarkan Santi memanfaatkanmu.”
Cerita imajiner di atas mungkin hanya cerita pengantar
tidur. Tetapi tidakkah kita merasakan, bahwa kadangkala kita bersikap seperti
Andi. Demi untuk menutupi kesalahan, kita mau menderita. Untuk menjaga nama
baik kita bersedia melakukan hal hina. Bahkan terkadang untuk menutupi dosa,
kita melakukan dosa yang lain.
Melihat Andi diam saja mendengar penjelasannya, nenek
kemudian berkata, “Nak, Tuhan juga selalu berdiri di “jendela”, memperhatikan
kita. Dan Dia melihat segalanya. Namun, karena Dia mencintaimu, Dia akan
mengampunimu bila engkau meminta maaf. Hal yang luar biasa adalah Dia tidak
hanya mengampuni, tetapi Dia juga tidak pernah mengingat-ingat lagi dosamu.”
“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan
mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran (3): 133)
TSM, 08/05/21
Komentar
Posting Komentar