Menyebut kata memori biasanya kita
mengartikan sebuah kesan yang ingin kita tinggalkan terhadap sesuatu yang
istimewa. Baik
itu tempat, orang, peristiwa, dll.
Misalnya kita pergi ke suatu tempat yang
istimewa, belum
pernah kita ke sana sebelumnya.
Bahkan mungkin tidak
akan bisa lagi pergi ke sana. Maka, untuk supaya kita teringat terus pernah ke
tempat tersebut, kita biasanya membeli cendera mata yang khusus ada di tempat
tersebut, atau
bisa juga dengan berswafoto.
Begitu juga ketika bertemu dengan orang
(tokoh) yang kita istimewakan.
Biasanya kita
meminta sesuatu dari orang tersebut, supaya kita teringat terus bahwa kita pernah bertemu orang
tersebut. Misalnya minta tanda tangan, atau berfoto bersama.
Sehingga tidak aneh kalau kata memori sering dipakai judul album kumpulan
lagu. Misalnya Golden Memory of 90’s atau Sweet Memory of 80’s. Artinya di
album tersebut terdapat kumpulan lagu-lagu terkenal tahun 80an atau 90an yang
akan selalu terkenang.
Lalu apa hubungannya dengan Ramadhan?
Begini, di antara kita mungkin ada yang sudah melaksanakan ibadah puasa di
bulan Ramadhan 30 kali dalam hidupnya. Mungkin ada yang baru 15 kali, bahkan mungkin ada
yang sudah 50 kali lebih.
Tetapi pertanyaannya, apakah ibadah
puasa yang kita lakukan setiap tahun itu berkesan bagi
kita? Apakah kita punya kenangan dengan
Ramadhan-Ramadhan yang sudah kita lewati?
Apakah yang kita kenang dengan Ramadhan-Ramadhan itu hanya dahaga dan laparnyanya saja? Atau hanya kesan gembiranya saat Idul Fitri?
Sepertinya kita tidak menganggap Ramadhan itu
sesuatu yang istimewa bagi kita. Buktinya, kita tidak merasa harus memiliki
memori untuk
bisa selalu mengenangnya. Mungkin kita menganggap Ramadhan dengan ibadah puasanya itu adalah
sebuah ritual biasa yang tidak ada istimewanya.
Sudah seharusnya anggapan tersebut harus dihapus atau dihilangkan.
Sudah saatnya kita mengambil kenangan indah
(sweet memory) pada setiap Ramadhan yang kita lalui. Setidaknya mulai Ramadhan
tahun ini.
Lalu ... kenangan apa yang harus kita ambil untuk
mengenangnya?
Sebelum menjawab, perlu dijelaskan terlebih
dahulu. Pertama, Ramadhan yang
berlangsung selama sebulan adalah sebuah peluang bagi kita
untuk membentuk sebuah kebiasaan (habit). Bayangkan saja,
kalau kita melakukan sesuatu secara rutin setiap hari selama sebulan terus
menerus. Maka
sesuatu itu pun akan melekat kuat pada diri kita, tubuh kita akan refleks,
pikiran kita pun akan ter-setting otomatis.
Kedua, harus diingat bahwa kehidupan kita di
dunia ini hanya sementara, sementara kehidupan yang kekal itu nanti di akhirat.
Dan, di akhirat nanti cuma ada dua kemungkinan bagi kita, apakah kita akan
bahagia (masuk surga) atau sebaliknya, celaka (masuk neraka). Semua itu faktor
penentunya adalah pahala amal saleh yang kita lakukan selama hidup di dunia. Apakah lebih banyak dari
dosa kita atau lebih sedikit.
Ketiga, di bulan Ramadhan Allah Swt memberi
peluang kepada kita untuk dapat memperbanyak pahala amal saleh. Di bulan ini Allah Swt melipatgandakan pahala
dari setiap amal saleh yang kita lakukan. Dalam sebuah keterangan, amalan wajib pahalanya
dilipatgandakan berkali-kali lipat, dan amalan sunah dihitung pahalanya sebagai pahala amalan
wajib. Tentu peluang ini tidak bisa kita abaikan, terlalu sayang.
Nah... dengan ketiga prinsip tersebut, kita bisa menentukan memori apa yang ingin kita
ingat dengan Ramadhan tahun ini.
Dari penjelasan ketiga prinsip di atas, maka memori yang perlu kita buat adalah bertambahnya sebuah
amal saleh
yang akan mendatangkan pahala bagi kita. Artinya dalam setiap Ramadhan yang
kita lalui kita menambah amalan saleh kita. Kita lakukan amal saleh itu selama Ramadhan
untuk membiasakan diri dan kita lakukan terus di bulan berikutnya sampai bertemu lagi Ramadhan tahun depan. Dan nanti, Ramadhan berikutnya, kita tambah lagi satu amalan saleh,
sebagai kenangan.
Masih bingung dengan
penjelasan di atas? Begini saja, kita langsung saja dengan contoh.
Katakan saja Anda
belum terbiasa melakukan salat duha. Belum rutin tiap hari. Dan, di Ramadhan
tahun ini Anda ingin menjadikan salat duha sebagai kenang-kenangan (memori).
Sehingga kemudian Anda mencoba selama sebulan di Ramadhan ini rutin setiap hari
melaksanakan salat duha. Jika perlu dipaksakan, sehingga selama Ramadhan ini
tidak ada satu hari pun tanpa salat duha.
Setelah lepas
Ramadhan. bulan Syawal dan berikutnya, Anda terus rutin melaksanakan salat
duha. Sampai bertemu lagi bulan Ramadhan tahun depan. Terus Anda lakukan seumur
hidup. Sehingga Anda akan punya kenangan bahwa salat duha yang rutin
dilaksanakan itu di mulai di Ramadhan tahun 2021. Salat duha itu adalah
kenang-kenangan Ramadhan tahun 2021.
Lalu, Ramadhan
berikutnya (tahun depan) Anda memilih lagi amalan apa yang ingin Anda rutinkan,
yang ingin Anda lakukan seumur hidup, yang ingin dijadikan kenang-kenangan.
Sehingga setiap tahun, selepas Ramadhan, Anda akan semakin bertambah kebiasaan
melakukan amal saleh.
Tentu kita tidak boleh menentukan amalan
tersebut secara sembarangan. Tetap harus berdasarkan sunnah (hadis) Rasulullah Saw.
Karena kalau tidak, maka kita akan terjebak melakukan suatu amalan yang tidak
ada contohnya dari Rasulullah Saw (bid’ah).
Kalau kita buka kitab-kitab seperti Hadis Sahih
Bukhari, Hadis Sahih Muslim, Riyadush Shalihin, Tanbihul Ghafilin, Bulughul
Maram, dan lain-lain, maka kita akan menemukan banyak sekali amalan-amalan
sunah yang bisa kita pilih untuk dijadikan sebagai kenang-kenangan Ramadhan.
Berikut beberapa contoh amalan-amalan sunnah
tersebut,
- - Membaca istighfar sehari 100 kali. Bisa kapan saja waktunya. Bisa sekaligus 100 kali bisa juga dibagi-bagi waktu.
- - Membaca “subhanallaahi wabi hamdihi, subhanallaahil adziim” sebanyak mungkin.
- - Salat duha.
- - Membaca salawat 10 kali setiap pagi.
- - Berwudlu sebelum tidur.
- -
Membaca surat
Al-Kahfi setiap malam atau hari jum’at
- - Tilawah (membaca) al-Quran setiap hari minimal 1 juz
- - Dan banyak lagi.
Pilihlah satu saja, mulailah dari
yang sederhana, karena yang penting adalah konsisten (istiqomah). Bukankah Allah Swt lebih senang melihat hambaNya melakukan sesuatu yang
sederhana tetapi dilakukan secara terus-menerus?
Rasulullah Saw
bersabda,
“Amal (kebaikan) yang
paling dicintai Allah adalah yang kontinu meskipun sedikit.” (HR Muslim)
Setelah dipilih, rutinkan selama Ramadhan ini. Paksakan diri untuk melakukannya sampai menjadi habit (kebiasaan). Dan terus amalkan sampai bertemu Ramadhan lagi. Tentu dalam pelaksanaannya ada bolongnya, artinya ada saat tidak bisa melakukan amalan-amalan tersebut. Baik karena sibuk, kecapaian, atau lupa. Tidak mengapa, karena itu adalah amalan sunah.
Namun ada yang istimewa, amal saleh yang
dilakukan secara istiqomah (rutin) itu pahalanya akan terus mengalir, terus
Allah berikan, walaupun suatu saat kita tidak melakukannya karena alasan
tertentu. Misalnya karena sakit.
Rasulullah Saw
bersabda,
"Jika seseorang
sakit atau melakukan safar (bepergian), maka dia akan dicatat melakukan amalan
sebagaimana amalan rutin yang dia lakukan ketika mukim (atau tidak bepergian)
dan dalam keadaan sehat." (HR.Bukhari)
Tulisan ini lebih baiknya ditulis di awal
Ramadhan, supaya kita bisa memulai amalan yang kita pilih sejak hari pertama
Ramadhan. Sekarang sudah
pertengahan. Namun, bukan sesuatu yang jelek kalau kita
memulai sekarang juga. Insya Allah, selama kita ber-azam, bertekad untuk istiqomah, maka
kita pun akan sanggup melakukannya.
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar