“Dasar guru killer!” serapah Dina saat masuk rumah.
“Ada apa, Din. Datang-datang
bukannya salam malah ngedumel,” tanya ibunya yang lagi menjahit.
“Itu, Mah. Pak Mamat,
guru matematika. Gara-gara tidak bisa jawab pertanyaannya tadi, Dina dimarahin.”
“Ya … wajar dong, kalau
guru marah.”
“Tapi ini marahnya kayak
marahin maling. Pake bentak-bentak segala, plus ketuk-ketuk meja pake spidol.”
Ibu Dina hanya tersenyum
melihat Dina uring-uringan.
“Sudah sana, ganti baju
dulu. Tuh, makan siang sudah disiapin.”
Dengan merengut Dina
beranjak ke lantai dua, menuju kamarnya. Begitu masuk kamar, dia melempar tas
sekolahnya dan berbaring di kasur.
“Tumben, Kak. Sudah
pulang.” Begitu tubuhnya mendarat di Kasur Dina melihat rambut menjuntai ke
bawah, di sela-sela dipan dan dinding. Dia heran, ga biasanya kakaknya ada di
kamar sebelum dia.
Dina memang masih satu
kamar dengan kakak perempuannya. Bahkan satu dipan, dipan tingkat. Kakaknya
tidur di dipan atas.
Kesal nanya ga dijawab,
Dina makin keras manggil kakaknya. “Kak! Masa jam segini tidur sih?”
Ga ada jawaban juga.
Makin kesal Dina. “Kakak! Ga jawab juga rambutnya saya gunting nih!”
Tetap tidak ada jawaban
dari dipan atas. Kesal ditambah perutnya keroncongan membuat dia beranjak dari kasur.
Setelah ganti baju Dina pun ke bawah. Di bawah, ibunya sudah menunggu di meja
makan.
“Sudah dong …, keselnya
ilangin.” Sambut ibu Dina. “Nih, ada makanan kesukaanmu.”
Masih dengan wajah
cemberut Dina duduk. “Kakak, tuh ….”
“Kakak?” Ibu Dina
mengernyitkan kening. “Maksudnya?”
“Ditanya ga jawab. Masa
jam segini tidur,” rungut Dina seraya menyendok nasi.
Raut wajah ibu Dina makin
terlihat bingung, sampai lama menatap wajah Dina. “Emang kakak sudah pulang?”
Sebelum Dina menjawab,
terdengar suara salam dari luar, lalu suara pintu dibuka. Tak lama kemudian,
“Hei … lagi pada makan, ya?”
“Tuh … kakakmu baru
pulang. Yang kamu maksud tadi siapa?”
“Kakak?” Wajah dina
seketika pucat, piring ditangannya pun terlepas menimpa mangkuk sop.
“Tadi … tadi, siapa yang
di kamar?” tanya Dina sambil menutup mulut.
Ibu Dina dan kakaknya yang baru datang hanya saling pandang.
Komentar
Posting Komentar