Seksualitas Menurut Imam As-Suyuthi

 



Review dari buku

Judul: Seni Ber-Ghonzu, Meningkatkan Mutu Seksualitas Suami Istri

Judul Asli: Al-Ibda’ fi Funulil Jinsi wal Jimaa’

Penulis: Imam Jalaluddin As-Suyuthi

Penerjemah: Bahrun Abu Bakar Ihsan Zubaidi, Lc.

Penerbit: Irsyad Baitus Salam Bandung

Tebal: 204 halaman

ISBN: 978 979 1348 63 8

Cetakan I: Tahun 2008

 

 

Saat menyimpan buku yang selesai dibaca, tak sengaja melirik buku lama. Buku Seni Ber-Ghonzu ini saya beli tahun 2008, saat masih cetakan perdana. Tertarik untuk membacanya kembali kemudian saya ambil. Lumayan untuk mengisi program one week one book, itung-itung selingan setelah tiga pekan membaca fiksi terus.

 

Dulu, saat pertamakali membaca buku ini, saya kaget. Tidak menyangka Islam berbicara masalah seks sedetail itu. Sebelumnya, setiap mencari referensi-referensi tentang pendidikan seks, terutama sampai ke hal teknis, saya mengira tidak akan menemukan di kitab-kitab kuning. Ternyata ada. Salah satunya kitab Al-Ibda’ fi Funulil Jinsi wal Jimaa’ ini.

 

Betul-betul sangat terkejut saat itu. Begitu vulgarnya pembahasan buku ini. Dan ini membuktikan bahwa para ulama dahulu telah peduli terhadap pentingnya masalah seks dalam rumah tangga.

 

Penerbit buku ini pun di Kata Pengantar mengatakan, ‘Para pendahulu kita justru lebih dahulu telah menyajikan topik ini dengan pembahasan yang begitu berani lagi penuh dengan kreativitas. Di dalam buku ini terkandung pembahasan terperinci menyangkut hubungan yang begitu memukau namun sangat rahasia ini, demi untuk meraih puncak kenikmatan yang besar manfaatnya’.

 

Sebelumnya mari kita lihat dulu siapa penulis buku ini. Ini untuk menunjukkan bahwa topik yang dibahas di buku ini bukan pembahasan remeh-temeh atau main-main.

 

Al-Imam Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuti, nama lengkap penulis buku ini. Beliau lebih dikenal dengan sebutan Imam Suyuthi. Selain bergelar Imam, beliau pun dijuluki Fakhrul Mutaakhkhirin, ‘Alamu A’laamid Diin, Khuffaz, dan Abu Fadhil atau Bapak Keutamaan. Dari beberapa julukan tersebut jelas terlihat kualitas beliau.

 

Menurut Wikipedia, Imam As-Suyuthi, dalam kitabnya yang berjudul Khusn al-Muhadlarah, menyebutkan bahwa ia mendapatkan ijazah dari setiap guru yang didatanginya, yaitu mencapai 150 ijazah dari 150 orang guru. Di antara guru-gurunya tersebut, ia berguru pada Al-Bulqini sampai wafatnya, juga belajar hadits pada Syaikhul Islam Taqiyyudin al-Manaawi.

 

Data yang ditulis Wikipedia, karya Iman As-Suyuthi ini berjumlah 65 buku tentang berbagai hal, seperti hadits, Al-Quran, bahasa, hukum Islam, dan lainnya. Sementara di Biografi Penulis di bagian akhir buku yang saya review ini, disebutkan bahwa karya tulis Imam As-Suyuthi ada 105 judul.

 

Jelas, kalau sekaliber Imam As-Suyuti menyengajakan menulis kitab secara detail tentang Seni Ber-Ghonzu, berarti hal itu memang sesuatu yang penting diketahui, bahkan dipelajari oleh setiap Muslim, khususnya yang sudah berkeluarga.

 

Imam As-Suyuthi merasa perlu menulis detail tema ini karena menganggap hubungan suami istri adalah inti dari keharmonisan sebuah rumah tangga, yang bisa diraih saat kedua pasangan merasa senang, tenang, dan terpuaskan bersama. Dan keharmonisan rumah tangga (keluarga) tentu akan berpengaruh kepada kondisi lingkungan yang lebih luas (masyarakat). Lebih luas lagi, negara.

 

Sekarang mengenai konten buku. Sudah disebutkan tadi, bahwa isi buku ini sangat vulgar. Sampai hal teknis berseng*** pun dibahas secara detail. Sesuatu yang tabu pun seperti kata pe**s dan vag**a, beberapa kali ditulis untuk menjelaskan detail teknis berhubungan intim. Dan ini memang karakter kitab-kitab kuning, dalam pembahasan setiap tema selalu detail sampai ke hal-hal kecil. Karena ini menyangkut ibadah.

 

Dari judul terjemahannya, ‘Seni Ber-Ghonju’, jelas buku ini lebih ditujukan kepada para istri. Apa yang harus dilakukan untuk menyenangkan dan memuaskan suami. Bahkan di cover belakang ditulis sebuah hadits berikut,

“Sebaik-baik istri kalian ialah apabila melucuti busananya, melucuti pula rasa malunya. Dan apabila mengenakan busananya, ia kembali mengenakan rasa malunya”.

 

Hadits tersebut menunjukkan saat seorang istri sudah melepaskan pakaiannya di hadapan suami (saat bersengg***), maka tumpahkan segenap perhatian, berlakulah ‘binal’, tanggalkan rasa malu untuk memberi kepuasan pada suami, dan tentu akan mendatangkan kenikmatan juga pada dirinya.

 

Kevulgaran dan kedetailan pembahasan buku ini bisa terlihat sejak kita membaca daftar isinya. Berikut daftar isi tersebut.

 

Bagian I

Bab 1: Faktor-faktor yang mengundang kecintaan wanita dan kebenciannya.

a.       Faktor yang menguatkan kecintaan dalam hati istri kepada suami.

b.      Langkah-langkah suami untuk merebut hati istri

Bab 2: Etika berbicara dan berciuman.

Bab 3: Etika di tempat tidur.

 

Bagian II

Belahan buah limau tentang seni ber-ghonju (rintihan lembut manja).

a.       Makna rofats

b.      Beberapa hadits mengenainya

c.       Syair-syair

 

Bagian III

1.        Hubungan yang sangat intim, Pengetahuan mengenai bersengg***

a.       Definisi rindu

b.      Pertanda rindu

c.       Gambaran orang yang dirindukan

d.      Keutamaan bersetubuh dalam melestarikan kerinduan

2.        Al-Wisyah fi Fawaidin Nikah (Bumbu penyedap bersetu***)

a.       Kenikmatan dunia

b.      Obat penyakit mabuk kepayang karena cinta

c.       Posisi sengg*** yang sudah dikenal

d.      Beberapa kondisi bersetubuh

e.       Gerakan pe**s dalam va***a

f.        Berbagai macam sengg***

g.      Nikah orang yang dikebiri

h.      Lubang kencing laki-laki dan perempuan

i.        Air mani wanita dan air mani laki-laki

j.        Meraih kecintaan wanita

k.      Orgasme wanita

l.        Taktik bersetu***

m.    Berbagai macam karakter persetu***an

n.      Berbagai hal tentang sengg***

o.      Peribahasa di kalangan awam

p.      Posisi bersetu***

3.        Macam-macam bersetu***

a.       Posisi telentang

b.      Posisi miring

c.       Posisi tertelungkup

d.      Posisi membungkuk

e.       Posisi berdiri

f.        Posisi duduk

 

Terlihat detail, kan? Dan terus terang, saya belum menemukan buku tentang seks sedetail dan selengkap yang dijelaskan buku ini.

 

Apalagi kalau Anda membaca sub-sub bab yang tidak dituliskan dalam daftar isi, akan lebih tercengang lagi. Misalnya saat menjelaskan macam-macam posisi bersetu***, ternyata tiap posisi mempunyai beberapa variasi posisi lagi.

 

Sebagai contoh saya sebutkan variasi dari posisi bersetu*** secara telentang (h.170-172), yaitu;

1.      Posisi persetu***an biasa,

2.      Posisi sengga***orang terhormat,

3.      Posisi kijang kawin,

4.      Posisi sengga*** frontal.

5.      Posisi manabir atau mimbar,

6.      Posisi; ‘Balikanlah diriku, lalu tengkuraplah”,

7.      Posisi sengga*** non-Arab.

 

Jadi ada 7 variasi untuk posisi telentang, dan masing-masing dijelaskan how to-nya. Sementara itu untuk posisi lainnya sebagai berikut,

Posisi miring 7 variasi,

Posisi tertelungkup 8 variasi,

Posisi membungkuk 7 variasi,

Posisi berdiri 9 variasi,

Posisi duduk 8 variasi.

Total jendral semuanya ada 46 variasi teknik sengga***.

 

Lebih banyak dari jumlah hari dalam sebulan, kan? (Maksudnya, kalau mau tiap hari pun gituan, sebulan ga bisa pakai semua tuh variasi hehe…)

 

Jadi nanti para istri, kalau nanya ke suami, jangan hanya nanya ‘nanti makam malam mau menu apa?’ Tetapi juga, ‘nanti kita praktek, mau variasi yang mana?’ :-D

 

Sepertinya saya harus menghentikan review buku ini sampai sini saja, takut kebablasan menuliskan detail teknis bersetu***. Tambah pening nanti.

 

Kalau masih penasaran sih, baca saja bukunya. Saya lihat di market place masih banyak yang jual.

 

Terimakasih, semoga bermanfaat.


Komentar