Masih tentang berita miris kemarin, tentang seorang nenek
yang meninggal di rumahnya, yang baru diketahui oleh tetangganya setelah
beberapa hari. Di tulisan kemarin saya mengungkit salah satu penyebabnya,
mungkin, sikap egois dari orang-orang yang tinggal di lingkungan tersebut yang
menutupi atau menghalangi rasa saling peduli antar tetangga.
Bicara tentang egoism, jadi teringat kisah seorang tuna
netra yang berjalan dengan memakai senter di kepalanya.
Di suatu malam, seorang tuna netra berjalan teratih-tatih.
Dengan tongkatnya dia memilih jalan yang aman untuk dilewati. Sekilas tidak ada
yang aneh pada dirinya. Kecuali, senter yang menyala terang, yang dipasang di
kepalanya.
Tentu orang-orang pada bertanya, mengapa dia membawa senter,
toh dia buta, tidak bisa melihat?
Dia pun menjawab ketika ada orang yang menanyakannya.
"Senter ini bukan untukku, tapi untuk orang lain."
"Maksudnya?" tanya orang itu lagi.
"Iya, supaya orang-orang terbantu oleh sinar senter
ini. Selain itu, dengan cahaya yang ada di kepalaku ini, orang-orang jadi bisa
melihat aku, sehingga mereka tidak akan menabrakku."
Dengan membantu orang lain melalui senter yang dibawanya, si
tuna netra itu telah menyelamatkan dirinya sendiri. Coba kalau dia egois, tidak
membawa senter. Besar kemungkinan dia tertabrak. Mending kalau tertabrak orang,
bagaimana kalau tertabrak motor atau mobil? Tentu celaka dia.
Hal ini pun dirasakan oleh sebuah keluarga yang cukup berada
(kaya) yang kebetulan hidup di tengah-tengah masyarakat yang kekurangan.
Keluarga yang kaya ini sangat dermawan, selalu memberi bantuan kepada
tetangganya, diminta atau tidak. Pintu rumahnya selalu terbuka untuk menerima
kedatangan para tetangganya. Sehingga orang-orang yang tinggal di sekitarnya sangat
menyukai keluarga ini.
Ketika keluarga ini harus bepergian keluar kota untuk waktu
yang lama, secara otomatis, para tetangganya akan menjaga rumahnya. Mengamankan
rumahnya dari maling.
Bayangkan, kalau keluarga tersebut pelit, judes kepada
tetangga sehingga tidak disukai tetangganya. Lalu, suatu saat mereka harus
keluar kota. Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar satpam untuk
menjaga rumahnya? Dan, itu pun belum menjamin rumahnya aman, tidak kemalingan.
Bisa saja si satpam itu justru yang jadi malingnya, karena tidak punya hubungan
emosional dengannya.
Apa yang kita lakukan ternyata bisa kembali kepada kita
sendiri. Perbuatan baik yang kita lakukan, kebaikan itu akan kembali pada kita.
Sebaliknya, perbuatan buruk yang kita lakukan, itu pun akan kembali kepada
kita.
Jadi, jauhi sikap egois. Karena, ketidak egoisan akan menyelamatkan kita.
Komentar
Posting Komentar