Tetangga Masa Gitu

 


Hari ini beberapa media mewartakan sebuah berita yang cukup memprihatinkan. Seorang balita berusia 3 tahun ditemukan dalam keadaan tak terurus di rumahnya sendirian di Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dia ditemukan bersama jasad sang nenek yang sudah meninggal dunia berhari-hari. Salah satu media menyebutkan 4 hari.

 

Warga curiga karena mencium bau busuk berasal dari rumah si nenek. Setelah didobrak pada pukul 10 pagi kemarin, ditemukan jasad nenek berusia 68 tahun itu sudah membusuk. Sementara balita yang berada di dalam rumah tersebut ternyata cucu dari si nenek.

 

Sebagaimana keterangan Ketua RT setempat, si nenek memang hidup di rumah itu hanya berdua dengan cucunya.

 

Yang menjadi pertanyaan saya dari berita tersebut adalah kenapa setelah beberapa hari warga baru sadar ada salah satu warganya yang meninggal? Itupun karena sudah tercium bau busuk.

 

Kenapa pada hari pertama setelah si nenek itu tidak keluar rumah, tidak beraktivitas sebagaimana biasanya, tetangganya tidak curiga? Tidak merasa kehilangan? Apakah selama ini tidak ada yang peduli kepada si nenek dan cucunya?

 

Terlalu berlebihan kalau dikatakan sebelumnya si nenek memang tidak pernah keluar rumah, sehingga menjadi alasan warga untuk tidak menaruh curiga.

 

Ada rumah yang hanya dihuni lansia berusia 68 tahun dan balita usia 3 tahun, idealnya sehari-harinya menjadi perhatian warga yang menjadi tetangganya. Atau, setidaknya menjadi perhatian pengurus RT setempat. Karena, bisa dibayangkan, apa yang bisa dilakukan 2 orang manusia tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya?

 

Kalau pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam benak saya ini benar. Maka, sangat miris membayangkannya. Menyedihkan. Rupanya sudah hilang sama sekali interaksi antar tetangga di masyarakat kita. Atau mungkin, rasa egoisme lebih mendominasi, sehingga tidak peduli apa yang terjadi dengan tetangga kita. Semoga kejadian di Kelapa Gading tersebut tidak mencerminkan kondisi masyarakat di tempat lain.

 

Tetangga Masa Gitu adalah judul sebuah serial yang tayang di sebuah stasiun TV. Kisah dalam serial itu tentu sangat jauh berbeda dengan peristiwa yang terjadi. Namun, judul serial itu, menurut saya, sangat pas dengan kondisi masyarakat di Kelapa Gading tersebut.

 

Tetangga masa gitu. Tetangga masa enggak peduli. Tetangga masa enggak merasa kehilangan dengan tetangganya yang berhari-hari tidak tampak keluar rumah.

 

Padahal Islam sangat memperhatikan keberadaan tetangga. Bahkan Allah Swt memerintahkan setiap kita untuk berbuat baik kepada tetangga. Bahkan perintah yang tertera di surat An-Nisa ayat ke-36 itu menyebutkan tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh.

 

Rasulullah Saw bahkan menganggap tetangga itu termasuk ahli waris, saking harus berbuat baik kepada tetangga. Beliau bersabda,

"Jibril tak henti-hentinya berwasiat kepadaku agar berbuat baik kepada tetangga, hingga aku beranggapan bahwa ia akan mewarisi." (Muttafaq Alaih).

 

Di hadis yang lain, disebutkan bahwa salah satu ciri seseorang itu beriman kepada Allah dan kepada hari akhir, adalah dia memuliakan tetangganya. Hadis ini selalu diajarkan kepada anak-anak TK Muslim, karena itu merupakan 3 akhlak basis yang harus dimiliki seorang Muslim. Dua akhlak yang lainnya adalah berkata yang baik dan memuliakan tamu.

 

Tentu untuk memuliakan tetangga minimal kita harus berinteraksi dengan mereka. Beberapa akhlak kepada tetangga telah diajarkan oleh Rasulullah Saw untuk memperkuat interaksi tersebut.

 

Pertama, harus saling berkunjung dan memberi. Tidak perlu sesuatu yang mahal atau mewah, cukup semangkuk sayur yang kita masak.

 

Rasulullah Saw bersabda kepada Abu Dzar ra, "Hai Abu Dzar, jika engkau memasak kuah, maka perbanyaklah airnya, kemudian berikan kepada tetanggamu." (HR Bukhari).

 

Kedua, dengan menghormati, menghargai, dan menjaga perasaannya, walaupun hanya dengan tidak melarangnya meletakkan kayu di tembok rumahnya. Rasulullah Saw bersabda, "Salah seorang dari kalian jangan sekali-kali melarang tetangganya meletakkan kayu di dinding rumahnya." (Muttafaq Alaih)

 

Kalau saja kedua akhlak yang diajarkan Rasulullah Saw tersebut dilaksanakan. Saya yakin, peristiwa mengenaskan di Kelapa Gading itu tidak akan terjadi. Dan tentu saja kita tidak menginginkan kejadian tersebut terulang, baik di Kelapa Gading maupun di tempat lain.

 

Uripwid

TSM, 01/10/21


Komentar