Keseruan Mimpi yang Hening

Judul: Silent Dreams 
Penulis: Jenny Seputro 
Penerbit: Pastel Books 
ISBN: 978-623-5866-24-6 
Tebal: 430 

“Amazing!” Kalau hanya perlu satu kata untuk menilai novel ini. Itu yang akan saya katakan. Why? Karena penulisnya, karena jalan ceritanya, dan karena teknis penulisannya. Ada beberapa alasan yang membuat saya membeli novel ini. Pertama karena penulisnya. Saya memang belum pernah bertemu secara fisik dengan Jenny Seputro, tetapi pernah cukup sering berkomunikasi dengannya melalui grup WA atau chatpri, terutama saat belajar editing bersama di kelas RBEL (Ruang Belajar Editing Lanjutan). Dan ini membuktikan bahwa dari kelas yang sama, dari guru yang sama, tidak mesti akan menghasilkan murid yang sama secara kualitas. Ya, novel ini buktinya. Kalau Jenny bisa menulis novel yang amazing, saya menulis cerpen saja masih tertatih-tatih. 

Alasan kedua, saya tahu persis novel Silent Dreams ini lahir dari hasil seleksi yang sangat ketat. Saya tahu karena sama-sama bergabung di sebuah grup literasi, yaitu NAD (Nulis Aja Dulu). Salah satu agenda tahunan grup NAD ini adalah 30HM atau 30 Hari Menulis. Novel Silent Dreams ini hasil dari seleksi para juri yang memilih 10 peserta dengan nilai tertinggi. Kesepuluh peserta terpilih itu – termasuk Jenny – diikutkan di kelas menulis Akademi Novel NAD. 

Para pengajar kelas khusus ini turut menjadi jaminan kualitas novel ini. Mereka adalah Kurnia Efendi, Hermawan Aksan, Iksana Banu, dan Endah Sulwesi. Alasan ketiga jalan ceritanya. Dari blurb yang saya baca di sampul belakang, novel ini menjanjikan cerita lintas genre. 

Walaupun yang terbaca di blurb itu dominan kisam romance, tetapi terbaca juga ada unsur thriller-nya, action-nya, bahkan spionase-nya. Dan ketiga genre terakhir adalah kesukaan gue banget. Bahkan saya jadi membayangkan serunya jalinan cerita novel ini akan seseru film-filmnya Indiana Jones. Fyi, film Indiana Jones pertama, ‘Raiders of The Lost Ark’ adalah film pertama yang saya tonton yang mengandung ketiga genre tersebut. Saat itu saya masih SMP, 40 tahun silam. 

Sebenarnya saya bisa menamatkan dalam sehari novel setebal 430 halaman ini. Apalagi penulisnya pintar mengakhiri bab, dengan kalimat yang memantik kepenasaran untuk langsung melanjutkan ke bab berikutnya. Namun karena di bulan Ramadan ini banyak target yang harus dikejar, saya baru bisa menyelesaikannya setelah 5 hari. 

Sebenarnya lagi, kisah yang diceritakan dalam novel ini termasuk umum. Ada tentang cinta terhadap wanita yang sudah dimiliki orang lain, ada tentang perpisahan anak dengan orangtua. Termasuk cerita tentang gangsternya, ada perdagangan obat bius, ada aksi premanisme, dan sejenisnya. Namun - pintarnya Jenny – dari cerita yang umum itu, dia bisa membuat alur cerita yang seru, menegangkan, dan membuat penasaran. Plusnya, dengan apik Jenny menyisipkan pesan moral pada pembaca bagaimana seharusnya sikap anak terhadap orangtua, melalui sikap Vera terhadap Alex, dan sikap Alex terhadap ibunya. Sungguh, pelajaran yang disampaikan dengan tidak menggurui. 

Runut ceritanya, efektif pilihan kata dan kalimatnya, twist-nya kena, serta perpindahan adegan (bab) yang asyik. Itu penilaian saya terhadap novel ini. Bahkan tidak berlebihan kalau sya melihat novel ini sangat filmis. Contohnya saat Jenny menggambarkan Hengky berperan sebagai Wanita, saya membayangkan Tom Cruise sedang menyamar di film Mission Impossible. Begitupun saat Mona menyusup ke kamar Reno untuk mencuri data, saya jadi membayangkan aksi Catherine Zeta-Jones saat mencuri lukisan di film Entrapment. 

Selamat Mbak Jenny Seputro, Anda telah menghadirkan kembali cerita-cerita thriller Indonesia, yang dulu saya baca melalui karya S. Mara Gd dan V. Lestari. Memang bukan hanya Jenny Seputro penulis cerita thriller yang muncul sekarang. Tapi setelah membaca novel Silent Dreams ini, saya melihat ada potensi besar dalam diri Jenny. Dan saya sangat menantikan kehadiran novel-novel berikutnya. 

Satu hal lagi. Novel ini bersih dari adegan dewasa – saya jadi berani merekomendasikan pada anak saya. Padahal kalau mau, kalau saja Jenny tipe penulis otak mesum, banyak adegan yang bisa ditulis ala novel serial Nick Carter. 

Kalau Anda penyuka cerita thriller, action dengan bumbu spionase, bacalah novel ini. Saya jamin Anda akan puas. 

“Recommended!” Satu kata untuk menutup review ini.

Komentar