Day10 - Menggapai Keberkahan



 

Kondisi negara semakin hari semakin terasa tidak baik-baik saja. Terutama dari sisi ekonomi. Banyak perusahaan yang memberhentikan karyawannya (PHK). Bahkan ada yang bangkrut, tidak mampu melanjutkan usahanya.

 

Terasa juga oleh usaha-usaha kecil dan menengah (UMKM). Daya beli masyarakat yang turun mengakibatkan omset UMKM merosot tajam.

 

Kondisi negeri yang subur makmur, segala sumber daya alam tersedia, tetapi tidak dapat dirasakan oleh rakyat. Ironis. Dalam Bahasa lain tidak berkah, atau negara ini tidak diberi keberkahan.

 

Keberkahan maksudnya mendapat berkah. Arti berkah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ‘karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia; berkat’.

 

Yang menarik adalah arti berkah dalam bahasa Sunda, yaitu ‘Saeutik mahi, loba nyesa’. Artinya adalah ‘Kalau sedikit terasa cukup, dan saat banyak akan tersisa’. Kalimat tersebut dimaksudkan untuk menjelaskan bahwa rezeki (uang atau harta) yang berkah itu selalu memberikan kebahagiaan pada pemiliknya.

 

Jadi, letak kebahagiaan saat memiliki uang atau harta itu tidak terletak dari sedikit banyak jumlahnya, tetapi dari keberkahannya.

 

Pengertian berkah pun kemudian meluas. Tidak hanya untuk uang atau harta. Keberkahan pun bisa ada di diri istri/suami kita, anak-anak kita, lingkungan perumahan kita, organisasi kita, bahkan dalam cakupan luas, negara kita. Sebagaimana firman di surat Al-Araf ayat ke-96.

 

Allah Swt berfirman,

 

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

 

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.”

 

Allah Swt menjelaskan bahwa Dia mampu dan akan memberi keberkahan pada suatu negeri, dengan syarat penduduk negeri tersebut beriman dan bertakwa.

 

Dengan demikian jelas, untuk mendapatkan keberkahan syaratnya hanya dua, beriman kepada Allah Swt dan bertakwa. Dan ini berlaku untuk semua, tidak hanya untuk lingkup negara.

 

Kalau ingin rumah tangga (keluarga) kita berkah, maka kondisikan seluruh keluarga menjadi orang-orang yang beriman dan bertakwa.

 

Kalau ingin organisasi kita berkah, maka kondisikan seluruh anggotanya menjadi orang-orang yang beriman dan bertakwa.

 

Kalau ingin perusahaan kita berkah, maka kondisikan seluruh karyawannya (dari staf sampai pimpinan) menjadi orang-orang yang beriman dan bertakwa.

 

Demikian pula jika kita ingin mendapatkan rezeki yang berkah, maka kondisikan diri kita menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa.

 

Ayat di atas memang menjelaskan bagaimana supaya negara mendapat keberkahan. namun, fokusnya adalah pada penduduk-penduduknya. Yaitu mereka harus beriman dan bertakwa. Jadi aktivitas-aktivitasnya, khusunya dalam mencari rezeki, harus yang mendatangkan keberkahan.

 

Bagaimana ciri-ciri rezeki yang mendatangkan keberkahan?

Berikut ciri-cirinya:

 

1.      Sumbernya jelas, halal, dan bersih dari segala bentuk riba, penipuan.

2.      Mendatangkan manfaat yang lebih untuk pemiliknya dan juga untuk orang lain.

3.      Diperoleh dengan usaha yang halal, tidak mengandalkan praktik-praktik curang, penipuan,  manipulasi, korupsi, atau merugikan orang lain.

4.      Diperoleh dengan kerja keras, kesabaran, dan ketekunan, serta tidak mudah putus asa.

5.      Dilakukan dengan niat yang baik dan ikhlas serta diiringi dengan doa dan pengharapan kepada Allah Swt (tawakal).

6.      Digunakan untuk hal-hal baik, yang tidak melanggar syariat-Nya.

7.      Dapat membantu orang lain yang membutuhkan.

8.      Manfaatnya terasa berkelanjutan dan membawa keberkahan dalam jangka panjang.

 

Semoga bermanfaat.

 

#uripwid

Komentar