Day12 - Berbisnis dengan Allah

 



Ada tiga pola interaksi kita (makhluk) dengan Allah Sang Pencipta (Kholik). Yaitu, hubungan tuan (majikan) dengan budaknya, hubungan antara yang meminjan dan yang meminjamkan, dan hubungan bisnis.

 

Ayat yang akan bicarakan kali ini menjelaskan pola hubungan ketiga. Yaitu hubungan bisnis atau perdagangan. Kita berbisnis atau melakukan transaksi jual-beli dengan Allah swt.

 

Bicara bisnis, hanya satu keinginan pelaku bisnis. Yaitu untung. Sukur-sukur kalau untungnya berlipat-lipat. Sepertinya tidak ada pelaku bisnis yang tidak ingin untung. Makanya, setiap ada bisnis yang menguntungkan selalu mengundang minat orang-orang untuk berinvestasi di bisnis tersebut.

 

Allah swt pun Menginformasikan keuntungan yang akan diperoleh jika berbisnis dengan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا هَلْ اَدُلُّكُمْ عَلٰى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِّنْ عَذَابٍ اَلِيْمٍ

 

"Wahai orang-orang yang beriman, maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang (dapat) menyelamatkan kamu dari azab yang pedih?" (QS. Ash-Shaf: 10)

 

Tidak tanggung-tanggung, keuntungan yang diperoleh adalah dibebaskannya kita dari siksa (azab) yang pedih. Alias dibebaskan dari neraka. Hanya ada dua kemungkinan di yaumil akhir nanti. Kalau dibebaskan dari neraka, artinya dimasukkan ke surga.

 

Lalu, bisnis apa dengan Allah itu?

 

Jual-beli. Ya, jual-beli, sebagaimana pengertian kata 'tijaroh' yang ada di ayat di atas.

 

Pembebasan dari neraka tersebut merupakan pembayaran dari apa yang kita jual. Apa yang kita jual?

 

Dijelaskan di ayat berikutnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

 

تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَتُجَاهِدُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِكُمْ وَاَنْفُسِكُمْۗ ذٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَۙ

 

"(Caranya) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Ash-Shaf: 11)

 

Telah jelas, yang kita jual adalah keimanan kita kepada Allah swt dan kepada Rasul-Nya, serta berjihad dengan bersungguh-sungguh membuktikan keimanan kita tersebut dan membela Islam, dengan mengorbankan jiwa dan harta kita.

 

Pertanyaannya, mengapa berbisnis dengan Allah ini sepertinya tidak menarik minat kebanyakan orang, padahal keuntungannya sangat besar?

 

Beberapa hal berikut mungkin menjadi alasannya.

 

1. Iman (kepada Allah dan Rasulullah) bukan hanya pernyataan lisan. Namun memerlukan bukti-bukti yang konkret dan empiris. Iman harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ini yang masih dirasa berat oleh kebanyakan orang. Adanya dorongan syahwat dan godaan setan turut menghalangi orang untuk beriman.

 

2. Pengaruh lingkungan seperti keluarga, teman, dan masyarakat dapat mempengaruhi keyakinan seseorang terhadap Allah. Sebagaimana bunyi hadis yang menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan bisa keluar dari fitrahnya (Islam) karena pengaruh kedua orangtuanya.

 

3. Beberapa orang mungkin mengalami pengalaman hidup yang sulit atau traumatis yang membuat mereka meragukan keberadaan Allah. Hal ini dapat mempengaruhi keyakinan mereka terhadap agama dan keberadaan Allah.

 

4. Kurangnya tidak memahami ajaran agama dengan benar sehingga memahaminya secara dangkal, dapat mempengaruhi orang untuk tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap Allah dan syariat-Nya.

 

5. Berbagai permasalahan dalam hidup seperti ujian, godaan nafsu, dan frustasi dapat mempengaruhi keimanan seseorang.

 

Intinya, beratnya konsekuensi dari iman dan jihad, setimpal dengan apa yang Allah bayarkan. Dan memang susah berlaku umum, sesuatu yang istimewa selalu berharga mahal.

 

Siap berbisnis dengan Allah?

 

 

#uripwid

Komentar