Day18 - Awas, Jaga Syahwatush-Share

 



Perkembangan teknologi informasi yang pesat berimbas pada aliran informasi juga yang deras. Bahkan sangat deras. Anda semua pasti merasakan. Begitu masuk akun media sosial, yang pertamakali terlihat (terbaca) di beranda kita adalah puluhan informasi yang masuk. Begitupun saat membuka messenger, terutama di grup-grupnya. Informasi tak bisa dibendung lagi. sulit bagi kita memilih dan memilah mana informasi yang benar dan mana yang bohong (hoaks).

 

Tak jarang informasi-informasi tersebut menggoda kita untuk segera men-share-nya ke teman kita atau ke grup yang lain. Dan memang nafsu (syahwat) untuk menyebarkan (share) itu pula yang turut mem-viral-kan informasi-informasi tersebut. Nafsu untuk membagikan informasi, atau syahwatush share, netizen (internet citizen) sangat tinggi. Gatal jempolnya kalau tidak men-share informasi yang diterimanya. Bahkan tanpa perlu membacanya terlebih dahulu.

 

Padahal, banyak kasus diderita beberapa netizen yang men-share sembarangan, yang berakhir di penjara. UU ITE telah menjerat banyak korban. Oleh karenanya kita harus ekstra hati-hati. Jangan gara-gara syahwatush-share kita tinggi, kita mendekam di balik jeruji.

 

Banyak yang sudah menjadi korban. Dari kalangan orang biasa, sampai orang-orang ternama. Baik artis maupun politisi. Beberapa di antaranya adalah, Roy Suryo - mantan Menteri Pemuda dan Olahraga Kasus – yang menjadi tersangka gara-gara meme stupa Borobudur. 

 

Kita semua tahu, korban pertama dari UU ITE adalah seorang ibu bernama Prita Mulyasari. Prita menuliskan surat elektronik tentang ketidakpuasannya saat menjalani pelayanan kesehatan di RS Omni Internasional. Tulisannya tersebar luas di internet, dari milis ke milis. Atas kejadian itu, pihak rumah sakit merasa dicemarkan nama baiknya hingga melaporkan ke pihak kepolisian.

 

Allah Swt sudah memberi tips supaya kita aman tidak terjerat UU ITE saat menerima sebuah berita atau informasi.

 

Allah Swt berfirman

 

Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (QS. Al-Hujurat: 6)

 

Meneliti kebenaran atau Tabayyun, itulah yang diperintahkan Allah Swt. Arti tabayyun adalah upaya mencari kejelasan atau kebenaran akan suatu hal. Dalam buku berjudul ‘Akidah Akhlak’ yang diterbitkan Kementerian Agama RI, dijelaskan arti tabayyun adalah mencari kejelasan hingga terang dan benar.

 

Mengapa kita harus Tabayyun?

 

Sebagaimana dijelaskan di atas derasnya informasi, mudahnya siapapun menyampaikan – atau membagikan – informasi membuat bercampurnya informasi yang benar dengan yang tidak valid, salah, atau bahkan sengaja menyesatkan. Jika – karena syahwatush share – kita tergesa-gesa dalam menanggapi informasi tersebut, kita bisa saja membuat kesimpulan yang salah dan mengambil tindakan yang tidak tepat.

 

Dengan melakukan tabayyun, kita dapat memastikan kebenaran informasi yang kita terima dengan mencari sumber yang lebih dapat dipercaya, memverifikasi informasi tersebut dengan fakta-fakta yang ada, dan berpikir secara kritis sebelum menarik kesimpulan atau membuat keputusan. Tabayyun juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan analitis kita.

 

Tabayyun adalah Langkah yang tepat untuk mengendalikan syahwatuhs share kita.

 

#uripwid


Komentar