Day2 - Dia yang Menggerakkan

 

sumber: syariahonline


Kemarin saya menulis tentang cinta yang saling berbalas antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Sudah sangat jelas, kita harus melakukan apa untuk membuktikan kita mengaku cinta kepada Allah SWT, dan harus melakukan apa kalau ingin cinta kita dibalas oleh-Nya.

 

Di hari kedua ini saya ingin mengulas sesuatu yang membuat cinta kita semakin kuat kepada-Nya. Artikel ini akan menyadarkan kita, bahwa hanya Dia yang punya kuasa.

 

Percayakah Anda kalau ada yang berkata, atau tertulis di sebuah media, 'Seekor kucing berjalan dari Bandung menuju Jakarta dalam 3 jam'?

 

Saya yakin Anda tidak akan percaya, dan pasti tidak ada satu orang pun yang akan percaya. Karena semua tahu kemampuan kucing berjalan. Kalaupun berlari, seekor kucing tidak mungkin dapat menempuh perjalanan dari Bandung ke Jakarta dalam waktu 3 jam. Suatu hil yang mustahal.

 

Namun, bagaimana kalau kalimatnya diganti seperti ini, 'Seseorang membawa seekor kucing dari Bandung menuju Jakarta dalam waktu 3 Jam'. Percayakah Anda?

 

Tentu saja ada yang percaya dan ada yang tidak. Yang tidak, mungkin persepsinya masih dalam konteks berjalan (kaki). Yang percaya, mungkin menganggap orang yang membawa kucing itu, pergi ke Jakarta menggunakan kendaraan, mobil atau kereta. Dan itu sangat logis kalau dari Bandung ke Jakarta hanya membutuhkan waktu 3 jam.

 

Perbedaan kedua kalimat di atas, yang menyebabkan ada orang yang tidak percaya dan ada yang percaya, adalah ada di kata 'berjalan' dan kata 'dibawa'.

 

Inilah yang terjadi dengan peristiwa Isra Mi'raj. Banyak yang tidak percaya kalau Rasulullah Saw telah berjalan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqso di Palestina, kemudian naik ke Sidratul Muntaha, lalu kembali ke Makkah, hanya dalam satu malam.

 

Namun, kalau membaca firman Allah yang menjelaskan peristiwa tersebut, seharusnya semua yang dilakukan Rasulullah Saw itu logis, sehingga layak untuk dipercaya.

 

Allah Swt berfirman di surat Al-Isra ayat pertama,

 

"Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya425) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

 

Dalam firman-Nya di atas, Allah menggunakan kalimat 'yang telah memperjalankan'. Jadi Allah Swt yang telah memperjalankan Rasulullah Saw dari Makkah ke Palestina terus ke Sidratul Muntaha, lalu kembali ke Makkah. Bagi Allah Yang Maha Kuasa, semuanya itu bukan sesuatu yang sulit.

 

Berbeda kalau kalimatnya 'Muhammad telah berjalan'. Wajar kalau ada yang tidak percaya. Karena tidak mungkin Nabi Muhammad, yang seorang manusia, mampu melakukan itu semua.

 

Untuk lebih rasional lagi, kita coba beranalogi.

 

Coba Anda ambil sebuah piring yang besar diameternya. Lalu ambil seekor semut, dan letakkan di satu sisi piring tersebut. Kira-kira butuh berapa menit semut itu berjalan dari sisi tempatnya semula ke sisi piring yang terjauh? Yang jelas pasti butuh beberapa detik, bahkan mungkin menit.

 

Coba sekarang, dengan menggunakan tangan Anda, Anda pindahkan semut itu ke sisi piring yang terjauh. Saya yakin Anda hanya butuh waktu satu detik, atau paling tidak dua detik. Yang jelas tidak akan sampai berdetik-detik.

 

Beda, kan? Antara semut itu berjalan sendiri dengan dipindahkan (diperjalankan) oleh Anda.

 

Poin dari tulisan di hari kedua ini, mari kita perkuat cinta kita kepada Allah dan berusaha mendapat cinta-Nya. Karena kita akan merasa aman, tenteram, kalau dicintai oleh Yang Mahakuasa.

 

Wallahu’alam.


Komentar