![]() |
sumber: syariahonline |
Kemarin saya menulis tentang cinta yang saling berbalas antara seorang hamba dengan Tuhan-Nya. Sudah sangat jelas, kita harus melakukan apa untuk membuktikan kita mengaku cinta kepada Allah SWT, dan harus melakukan apa kalau ingin cinta kita dibalas oleh-Nya.
Di hari kedua ini saya
ingin mengulas sesuatu yang membuat cinta kita semakin kuat kepada-Nya. Artikel
ini akan menyadarkan kita, bahwa hanya Dia yang punya kuasa.
Percayakah Anda kalau ada yang berkata,
atau tertulis di sebuah media, 'Seekor kucing berjalan dari Bandung
menuju Jakarta dalam 3 jam'?
Saya yakin Anda tidak akan percaya, dan
pasti tidak ada satu orang pun yang akan percaya. Karena semua tahu kemampuan kucing berjalan.
Kalaupun berlari, seekor kucing tidak mungkin dapat menempuh perjalanan dari
Bandung ke Jakarta dalam waktu 3 jam. Suatu hil yang mustahal.
Namun, bagaimana kalau kalimatnya diganti
seperti ini, 'Seseorang membawa seekor kucing dari Bandung menuju Jakarta
dalam waktu 3 Jam'. Percayakah Anda?
Tentu saja ada yang percaya dan ada yang
tidak. Yang tidak, mungkin persepsinya masih dalam konteks berjalan (kaki).
Yang percaya, mungkin menganggap orang yang membawa kucing itu, pergi ke
Jakarta menggunakan kendaraan, mobil atau kereta. Dan itu sangat logis kalau
dari Bandung ke Jakarta hanya membutuhkan waktu 3 jam.
Perbedaan kedua kalimat di atas, yang
menyebabkan ada orang yang tidak percaya dan ada yang percaya, adalah ada di
kata 'berjalan' dan kata 'dibawa'.
Inilah yang terjadi dengan peristiwa Isra
Mi'raj. Banyak yang tidak percaya kalau Rasulullah Saw telah berjalan dari
Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqso di Palestina, kemudian naik ke
Sidratul Muntaha, lalu kembali ke Makkah, hanya dalam satu malam.
Namun, kalau membaca firman Allah yang
menjelaskan peristiwa tersebut, seharusnya semua yang dilakukan Rasulullah Saw
itu logis, sehingga layak untuk dipercaya.
Allah Swt berfirman di surat Al-Isra ayat
pertama,
"Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya425) agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat."
Dalam firman-Nya di atas, Allah menggunakan
kalimat 'yang telah memperjalankan'. Jadi Allah Swt yang telah
memperjalankan Rasulullah Saw dari Makkah ke Palestina terus ke Sidratul
Muntaha, lalu kembali ke Makkah. Bagi Allah Yang Maha Kuasa, semuanya itu bukan
sesuatu yang sulit.
Berbeda kalau kalimatnya 'Muhammad telah
berjalan'. Wajar kalau ada yang tidak percaya. Karena tidak mungkin Nabi
Muhammad, yang seorang manusia, mampu melakukan itu semua.
Untuk lebih rasional lagi, kita coba
beranalogi.
Coba Anda ambil sebuah piring yang besar
diameternya. Lalu ambil seekor semut, dan letakkan di satu sisi piring
tersebut. Kira-kira butuh berapa menit semut itu berjalan dari sisi tempatnya
semula ke sisi piring yang terjauh? Yang jelas pasti butuh beberapa detik, bahkan mungkin menit.
Coba sekarang, dengan menggunakan tangan Anda,
Anda pindahkan semut itu ke sisi piring yang terjauh. Saya yakin Anda hanya
butuh waktu satu detik, atau paling tidak dua detik. Yang jelas tidak akan
sampai berdetik-detik.
Beda, kan? Antara semut itu berjalan
sendiri dengan dipindahkan (diperjalankan) oleh Anda.
Poin dari tulisan di hari
kedua ini, mari kita perkuat cinta kita kepada Allah dan berusaha mendapat
cinta-Nya. Karena kita akan merasa aman, tenteram, kalau dicintai oleh Yang
Mahakuasa.
Wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar