Kita pasti pernah mendengar peribahasa ini,
“Siapa yang menanam, dia yang akan menuai.” Maksudnya, jika seseorang menanam kebaikan,
maka ia akan menuai kebaikan pula. Dan sebaliknya, jika seseorang menanam kejelekan, maka
ia akan menuai kejelekan juga.
Sepertinya tidak perlu penjelasan lagi
untuk memahami peribahasa tersebut. Sudah umum dan sudah dimaklumi. Siapa yang menanam
jeruk akan menuai jeruk, begitupun siapa yang menanam mangga akan menuai
mangga. Apa yang kita tanam, itulah yang akan dituai.
Bagi seorang Muslim, harus lebih yakin lagi
dengan kebenaran peribahasa di atas, karena al-Quran pun menyebutkannya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Jika berbuat baik, (berarti) kamu
telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian
dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat
(kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu,
untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama
kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai." (QS.
Al-Isra: 7)
Setidaknya kita dapat tiga pelajaran dari
ayat di atas. Yaitu tentang konsep perbuatan (aktivitas) manusia selama
hidupnya di dunia. Kedua tentang konsep keadilan, dan terakhir tentang konsep
taubat. Berikut adalah penjelasan ketiga konsep tersebut.
Konsep amal perbuatan
Di ayat ini seolah-olah Allah membebaskan
manusia untuk berbuat apa saja sesuai keinginannya. Namun, dalam ayat ini pula
Allah Swt menjelaskan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia itu ada
konsekuensi yang harus diterima. Serta harus siap untuk mempertanggungjawabkannya.
Termasuk dalam menerima syariat Islam.
Allah Swt tidak memaksa setiap manusia untuk memeluk Islam, melalui firman-Nya 'Laa
ikroha fiddiin' atau 'tidak ada paksaan dalam beragama'. (QS. Al-Baqarah:
256)
Mau kafir silahkan. Mau Islam silahkan. Mau
berbuat dosa silahkan. Mau berbuat baik pun silahkan. Asal mau
mempertanggungjawabkan dan siap menerima konsekuensinya.
Konsep keadilan
Setelah membebaskan manusia untuk berbuat
sekeinginannya, melaui ayat ini, Allah Swt Yang Mahaadil menegaskan bahwa
setiap orang akan menerima balasan sesuai dengan amal perbuatan yang telah
dilakukannya. Jika seseorang berbuat baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan
sebagai balasannya. Sebaliknya, jika ia berbuat jahat, maka ia akan mendapatkan
keburukan sebagai balasannya. Prinsip keadilan ini menunjukkan bahwa Allah Swt
tidak memihak kepada satu golongan tertentu, melainkan memberikan balasan yang
setimpal terhadap perbuatan manusia.
Konsep taubat
Selain Mahaadil Allah Swt pun Maha
Penyayang, melaui ayat ini Dia memberi kesempatan kepada manusia, saat
menyadari telah berbuat salah, untuk bertaubat dan memohon ampun. Dan memberi
kesempatan untuk menyesali perbuatannya tersebut, sehingga tidak mengulanginya
lagi.
Dengan demikian, walaupun diberi kebebasan
untuk berbuat apa saja, tetap kita harus ingat bahwa setiap perbuatan yang kita
lakukan tersebut harus dipertanggungjawabkan. Dan Allah pun, Yang Mahaadil dan
Maha Penyayang, memberi peluang untuk bertaubat, saat kita terpeleset melakukan
perbuatan jahat.
Pelajaran paling penting dari ayat di atas
adalah, berbuat baiklah setiap saat. Karena itu sama dengan kita berbuat baik
untuk kita sendiri.
Wallahu'alam.
Komentar
Posting Komentar