Day20 - Menanam Kebaikan

 



Kita pasti pernah mendengar peribahasa ini, “Siapa yang menanam, dia yang akan menuai.” Maksudnya, jika seseorang menanam kebaikan, maka ia akan menuai kebaikan pula. Dan sebaliknya, jika seseorang menanam kejelekan, maka ia akan menuai kejelekan juga.

 

Sepertinya tidak perlu penjelasan lagi untuk memahami peribahasa tersebut. Sudah umum dan sudah dimaklumi. Siapa yang menanam jeruk akan menuai jeruk, begitupun siapa yang menanam mangga akan menuai mangga. Apa yang kita tanam, itulah yang akan dituai.

 

Bagi seorang Muslim, harus lebih yakin lagi dengan kebenaran peribahasa di atas, karena al-Quran pun menyebutkannya.

 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

 

"Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid (Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang mereka kuasai." (QS. Al-Isra: 7)

 

Setidaknya kita dapat tiga pelajaran dari ayat di atas. Yaitu tentang konsep perbuatan (aktivitas) manusia selama hidupnya di dunia. Kedua tentang konsep keadilan, dan terakhir tentang konsep taubat. Berikut adalah penjelasan ketiga konsep tersebut.

 

Konsep amal perbuatan

 

Di ayat ini seolah-olah Allah membebaskan manusia untuk berbuat apa saja sesuai keinginannya. Namun, dalam ayat ini pula Allah Swt menjelaskan bahwa setiap perbuatan yang dilakukan manusia itu ada konsekuensi yang harus diterima. Serta harus siap untuk mempertanggungjawabkannya.

 

Termasuk dalam menerima syariat Islam. Allah Swt tidak memaksa setiap manusia untuk memeluk Islam, melalui firman-Nya 'Laa ikroha fiddiin' atau 'tidak ada paksaan dalam beragama'. (QS. Al-Baqarah: 256)

 

Mau kafir silahkan. Mau Islam silahkan. Mau berbuat dosa silahkan. Mau berbuat baik pun silahkan. Asal mau mempertanggungjawabkan dan siap menerima konsekuensinya.

 

 

Konsep keadilan

 

Setelah membebaskan manusia untuk berbuat sekeinginannya, melaui ayat ini, Allah Swt Yang Mahaadil menegaskan bahwa setiap orang akan menerima balasan sesuai dengan amal perbuatan yang telah dilakukannya. Jika seseorang berbuat baik, maka ia akan mendapatkan kebaikan sebagai balasannya. Sebaliknya, jika ia berbuat jahat, maka ia akan mendapatkan keburukan sebagai balasannya. Prinsip keadilan ini menunjukkan bahwa Allah Swt tidak memihak kepada satu golongan tertentu, melainkan memberikan balasan yang setimpal terhadap perbuatan manusia.

 

 

Konsep taubat

 

Selain Mahaadil Allah Swt pun Maha Penyayang, melaui ayat ini Dia memberi kesempatan kepada manusia, saat menyadari telah berbuat salah, untuk bertaubat dan memohon ampun. Dan memberi kesempatan untuk menyesali perbuatannya tersebut, sehingga tidak mengulanginya lagi.

 

Dengan demikian, walaupun diberi kebebasan untuk berbuat apa saja, tetap kita harus ingat bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan tersebut harus dipertanggungjawabkan. Dan Allah pun, Yang Mahaadil dan Maha Penyayang, memberi peluang untuk bertaubat, saat kita terpeleset melakukan perbuatan jahat.

 

Pelajaran paling penting dari ayat di atas adalah, berbuat baiklah setiap saat. Karena itu sama dengan kita berbuat baik untuk kita sendiri.

 

 

Wallahu'alam.


Komentar