Day9 - Ikhtiar itu Harus

 



Kehidupan yang sebenarnya (abadi) adalah kehidupan kelak setelah manusia mengalami kematian dan kemudian dibangkitkan kembali. Hanya ada dua kondisi yang akan dialami setiap manusia pasca dibangkitkan kembali itu. Bahagia dengan tinggal di surga, atau celaka (menderita) karena berada di neraka.

 

Keberadaan manusia ada di surga atau neraka itu ditentukan oleh perbuatannya selama di dunia. Apakah pahala karena perbuatan baiknya lebih banyak daripada dosanya, atau sebaliknya. Makanya, kelak di yaumil akhir itu ada proses penghitungan (Hisab) dan penimbangan (Mizan).

 

Dan manusia, mau tidak mau, harus menerima proses pengadilan tersebut. Tidak bisa mengelak dan tidak bisa banding, karena semua perbuatan manusia tercatat.

 

Yang dinilai oleh Allah swt adalah perbuatan/pekerjaan Kita. Begitupun untuk aktivitas-aktivitas di luar ibadah mahdhoh (ibadah ritual), seperti bekerja, belajar, kuliah, berdagang, bertani, dan sebagainya. Selama aktivitas itu didasari keikhlasan. Allah swt sangat menghargai usaha, dan Allah ingin kita memaksimalkan usaha atau ikhtiar.

 

Karena menghargai proses (usaha/ikhtiar), Allah swt sampai menyebutkan bahwa penciptaan langit dan bumi pun perlu proses, tidak sekali jadi.

 

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

 

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوٰى عَلَى الْعَرْشِۗ يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِى الْاَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاۤءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيْهَاۗ وَهُوَ مَعَكُمْ اَيْنَ مَا كُنْتُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌۗ

 

"Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Kemudian, Dia bersemayam di atas ʻArasy. Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar darinya serta apa yang turun dari langit dan apa yang naik ke sana.710) Dia bersamamu di mana saja kamu berada. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ḥadid: 4)

 

Mengapa Allah Swt menciptakan langit dan bumi enam hari? Padahal Dia cukup berkata 'kun', maka jadilah (fayakun).

 

Jawabannya adalah, pertama itu adalah hak Allah Swt. Allah memiliki sifat Al-Irodah artinya Yang Maha Berkehendak. Jika Allah berkehendak menciptakan dalam sekejap maka itu terserah Allah, pun jika Allah berkehendak menciptakan dalam waktu enam hari maka itu juga terserah Allah Swt.

 

Jawaban kedua, sebagian ulama menyebutkan bahwa Allah Swt mampu menciptakannya dalam sekejap, akan tetapi Allah Swt ingin memperlihatkan kepada para malaikat keajaiban yang Allah buat hari demi hari, sehingga akhirnya mereka tahu bahwa semua itu terjadi dengan ciptaan Allah dan bukan tiba-tiba.

 

Jawaban ketiga, juga menurut sebagian ulama yang lain, bahwa Allah Swt ingin mengajarkan kepada kita bahwa yang namanya pelan-pelan itu baik meskipun kita bisa mengerjakannya dengan cepat.

 

Jawaban keempat, Allah Swt mengajarkan kepada kita semua, bahwa ikhtiar itu sangat penting. Untuk mewujudkan sesuatu, harus ada proses ikhtiar. Dan untuk kita, manusia, ikhtiar itu yang akan dinilai oleh Allah Swt sebagai amal saleh dan dibalas dengan pahala. Sehingga kita memiliki ‘tabungan’ pahala untuk dibuka di yaumil akhir nanti.

 

Dalam beberapa kisah pun, Allah Swt mengajarkan pentingnya ikhtiar. Misalnya dalam kisah Nabi Musa saat dia Bersama pengikutnya dikejar Firaun dan bala tentaranya. Saat itu rombongan Nabi Musa tiba di tepi laut. Semua kebingungan, menyeberang tidak bisa, sementara kalau kembali ada Firaun dan pasukannya.

 

Dalam kepanikan itu, Allah Swt kemudian menuruh Nabi Musa untuk memukulkan tongkatnya ke laut. Maka kemudian terjadilah mukjizat. Laut terbelah, sehingga Nabi Musa dan rombongannya dapat menyeberang.

 

Kenapa harus memukulkan tongkat dulu? Padahal Allah Swt sangat bisa kalau mau langsung membelah laut.

Itulah pelajarannya, bagaimanapun ikhtiar itu harus. Memukulkan tongkat itu adalah ikhtiar.

 

Dalam kisah yang lain, saat Maryam hendak melahirkan Nabi Isa. Maryam binti Imram yang hamil menjauh dari manusia karena ujian berat dari Allah yaitu hamil tanpa disentuh sekalipun oleh manusia. Kaumnya menuduh ia telah berzina padahal ia dikenal seroang yang ahli ibadah. Maryam pun menjauh dari manusia dan melahirkan sendiri.

 

Dalam keadaan susah payah dan lemah, ketika akan tiba saatnya melahirkan dengan kondisi sakit dan lapar Maryam menuju ke pohon kurma. Lalu Allah Swt menyuruhnya untuk menggoyangkan pohon kurma tersebut.

 

“Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu” (QS. Maryam 26).

 

Maryam pun makan dari kurma yang berjatuhan.

Kenapa Allah Swt harus menyuruh Maryam menggoyangkan pohon kurma? Padahal Dia bisa saja menjadikan buah kurma berjatuhan tanpa digoyangkan.

 

Itulah pelajarannya, bagaimanapun ikhtiar itu harus. Menggoyangkan pohon kurma itu adalah ikhtiar.

 

Ikhtiar dahulu, baru kita pantas untuk bertawakal.

 

 

#uripwid


Komentar