Nabung Yuk !

Sudah ga bisa dipungkiri, kalo nabung itu banyak manfaatnya. Semua teori manajemen keuangan pun sepakat dengan pentingnya menabung, untuk apa saja.

Tapi.....  selalu saja ada alasan untuk tidak melaksanakannya, menyisihkan uang untuk nabung maksudnya.
Mulai dari..... "untuk sehari-hari saja susah, gimana mau nabung?" atau  "penghasilanku habis sebelum habis bulan, gimana nyisihkannya?" dll-dll.

Mudah-mudahan cerita di bawah ini menginspirasi kita semua. Cerita dari seorang teman milis saya.
Saya jadi ingat pengalaman Yu Jum. Ia menikah ketika sedang sekolah kelas 2 SKP (sekolah Kepandaian Putri), th 1956. Suaminya Kang Pris guru agama SD. Ketika menerima uang belanja pertama dari suaminya, ia catat di sebuah notes. Setiap hari ia mencatat pengeluaran dengan membuat pengelompokan, seperti belanja basah/harian, belanja kering, belanja rutin, transport, sosial, belanja lain-lain. Tiap akhir bulan  dicatat sisanya. Awal bulan uang sisa bulan lalu dibelikan perhiasan emas, berapapun. Kadang dapat sekian mili, setengah gram dan setersunya.

Ketika mau menanak nasi, sebelum beras dicuci, ia jimpit dulu, atau cawuk lalu sisihkan di sebuah tempat. Ketika akhir bulan, uang sudah menipis ia tidak khawatir kekurangan beras. Ia punya prisip "menabung tidak cukup, tidak menabung juga tidak cukup. Sama-sama tidak cukup, maka menabung saja!"

Suaminya tidak pernah tahu kalau isterinya punya tabungan. Tidak pernah mengeluh kekurangan uang belanja. Kalau suaminya dapat uang tambahan (seperti biaya transport memberikan ceramah dalam berbagai peringatana keagamaan, mengajar les membaca Al qur'an dll, semuanya diserahkan kepada isteri. Hampir setiap bulan ada kenaikan membeli perhiasan... Begitu berjalan beberapa tahun sampai memiliki tiga orang anak dengan jarak masing-masing 2 tahun. Mereka tinggal mengontrak rumah, yang biayanya diambil dari uang tabungan yang 'diketahui' bersama. Memang suaminya menyuruh untuk menabung tiap bulan khusus untuk bayar kontrak rumah.

Suatu hari Yu Jum mendengar ada sebuah rumah dijual. Ia melihat rumah itu dan cocok. Ia mengajak suaminya melihat rumah itu. Ia bilang kepada Kang Pris ingin membeli rumah itu. Tentu saja Kang pris tekejut bukan kepalang. Kamu mau beli rumah? Uang dari mana? Yang penting kita tahu dulu berapa harganya, betitu katanya.

Sampai di rumah ia menunjukkan kotak yang berisi berbagai bentuk perhiasan dengan berat beragam. Dari mulai kokot (giwang untuk bayi), cincin, gelang dan kalung. Kang Pris terbelalak. Besokny ia bawa semuanya ke toko emas. Jadi uang banyak sekali. Lalu ia kembali ke pemilik rumah, ditawarnya rumah itu. dibayar, masih ada sisa untuk biaya pindahan dan syukuran......

Gemar menabung Yu Jum tidak berubah. Jimpitan beras, masih berjalan. Ia selalu menasehati adik-adiknya : cukup ora cukup, nyelengi. Sing gemi, nastiti, ngati-ati. Aja boros, ora kena medhit. Seneng weweh, eling zakat, ngguwang guluh. Aja seneng utang, yen ora perlu banget!

 Artinya? Cukup tidak cukup, menabung.  Pandai-pandailah memenej uang, cermat, beli sesuai kebutuhan, jangan mengikuti keinginan, jangan boros, jangan pelit. Gemarlah berinfaq, ingat membayar zakat untuk membersihkan penghasilan. Jangan pinjam kalau tidak terpaksa sekali.

Nasehat penting Yu Jum  yaitu Buatlah Buku Kas Rumah Tangga. Buku ini sangat bermanfaat bagi para isteri sebagai bendahara keluarga, antara lain :
1. Mencatat penerimaan dan pengeluaran keuangan keluarga
2. Menjadi bukti bila terjadi kesalah pahaman berkaitan dengan uang (dengan siapapun)
3. Menjadi alat kontrol
4. Untuk evaluasi
Buku Kas ini dibuat cukup sederhana, mudah dipahami. Yu Jum hanya memiliki ijasah SD, termasuk orang jadul, tapi ada nasihat penting lainnya yang bagus lho, untuk para isteri....

Yu Jum dan Kang Pris bukan cerita fiksi. Nyata! Tapi ketika kisah ini kutulis Kang Pris sudah tidak ada.... Yu Jum tetap membuat Buku Kas rumah Tangga, karena ia mempunyai KARIP untuk dibawa ke Kantor Pos setiap bulan... Ia juga secara rutin mendapat kiriman dari putra-putranya. Dan saat ini Yu Jum sedang membiayai kuliah seorang cucu, semester akhir TI di PTS. Cucu dari salah seorang anaknya yang kurang mampu. Ia tetap menabung... katanya, uangn ya untuk biaya kalau ia harus menyusul Kang Pris...., Subhanallah.

Komentar

  1. Inspiratif sekali. Terharu. Dan jd tambah semangat menabung emas!

    BalasHapus

Posting Komentar