(Review buku Jadikan Aku Halal
bagimu)
Membaca judul dan melihat cover yang bernuansa romantis lengkap dengan simbol jantung hati, kita sudah bisa menebak isi dari buku ini. Apalagi ditambahi sub judul ‘Nikmatnya Pacaran Setelah Menikah’.
Buku setebal
160 halaman ini memang berisi motivasi untuk menyegerakan menikah. Tentunya
bagi yang sudah siap dan mampu. Penulisnya, Ahmad Rifa’i Rif’an, sudah menjadi
jaminan untuk buku-buku bertema motivasi. Sudah banyak buku bertema motivasi yang
sudah dia tulis, salah satunya menjadi best seller, yaitu buku ‘Man
Shabara Zhafira’.
Buku ini diterbitkan
oleh penerbit Mizania bulan Februari 2013, dengan nomor ISBN 978-602-9255-37-9.
Sudah lama memang, tapi ada alasan tertentu saya ingin membaca saat-saat ini,
dan sekalian saja me-review-nya.
Para
jomblowan dan jomblowati harus membaca buku ini. Baik yang murni jadi jombloer,
maksudnya memang belum pernah punya hubungan khusus dengan seseorang, atau yang
mendadak jadi jomblo, karena di-end sama seseorang hehe. Secara, buku
ini akan membuat Anda segera move on, minimal menenangkan hati yang
sedang galau.
Baca juga: Allah Tak Pernah Meninggalkanmu
Walaupun
inti dari buku ini berisi motivasi untuk segera menikah, tetapi pembahasannya
cukup komplet melalui 6 bab pembahasan.
1. Memperjuangkan
sucinya hati,
2. Ya Allah, siapa
jodohku?
3. Dahsyatnya nikah
muda,
4. Motivasi
pernikahan,
5. Rahasia mengapa
menikah bikin kaya,
6. Persiapan
menghalalkan cinta.
Poros dari
pembahasan buku ini adalah CINTA. Problem yang ditemui di periode sebelum dan
setelah menikah adalah tentang cinta. Salah memahami cinta, awal dari
problem-problem itu. Oleh karenanya, di bab pertama, penulis memberi pemaknaan
yang lengkap tentang cinta. Bahwa tidak ada cinta yang buruk dan tidak ada
cinta yang salah. Karena, cinta adalah pemberian Sang Pencipta. Karena cinta
bukan hanya perasaan tetapi harus dengan tindakan.
Cinta bukan satu-satunya
modal untuk menikah. Pembahasan cinta ini dilengkapi oleh penulis dengan hasil
penelitian Janet Askham dari University of Aberdeen yang ditulis di buku Identity
and Stability ini Mariage (ditebitkan oleh Cambridge University Press),
bahwa “Lamanya hubungan pranikah serta tingkat intensitas hubungan pranikah,
tidak memberikan sumbangan positif setelah keduanya bersepakat untuk menikah”.
Jadi, enggak ada alasan harus pacaran dulu sebelum menikah.
Baca juga: Seksualitas Menurut Imam Suyuthi
Lalu
bagaimana bisa menikah kalau kita tidak punya pasangan? Atau, lalu harus
bagaimana menemukan jodoh kalau tidak pacaran dulu? Pertanyaan-pertanyaan
seperti tentu akan muncul, menyusul penyataan ‘tidak boleh’ pacaran. Jawaban
dari pertanyaan-pertanyaan tersebut mengerucut pada ‘siapa jodoh kita?” dan ini
pun dijelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh penulis. Salah satunya
dengan kalimat: “Jadilah Ali kalau menginginkan sosok seperti Fathimah,
begitupun jadilah Fathimah kalau menginginkan Ali”.
Untuk
menegaskan menikah tidak mesti pacaran, penulis pun melengkapinya dengan sebuah
proposal cinta, yang dibuat step by step, tentu berdasarkan pengalaman
penulis. Jadi, begitu Anda merasa siap dan mampu, jangan ragu segera ajukan
proposal cinta. Jangan menghitung umur, karena semakin muda Anda menikah,
semakin sukses hidup Anda. Tentu ini bukan hanya teori, tetapi sejarah pun
telah membuktikannya. Ali bin Abi Thalib, Usamah bin Zaid dan Mushab bin Umair,
mereka menikah diusia belasan tahun, dan setelah menikah mereka menerima tugas istimewa
dari Rasulullah SAW.
Pesan yang
disampaikan Abu Bakar menambah keyakinan untuk menikah muda, “Taatlah kepada
Allah dalam apa yang telah diperintahkan kepadamu, yaitu pernikahan, maka Allah
akan melestarikan janji-Nya kepadamu, yaitu kekayaan. Allah telah berfirman,
jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya”.
(dikeluarkan oleh Ibn Hatim, dari Al-Dur Al-Matsur).
Pesan Abu
Bakar di atas diperkuat oleh hasil penelitian Jay Zagorsky dari Ohio State
University. Jay melakukan penelitian di rentang waktu 1985 sampai 2000 dengan
melakukan survey tentang potensi kekayaan karena pernikahan. Penelitian ini
melibatkan 9.000 orang. Hasil penelitiannya mengejutkan, bahwa pernikahan
membuat seseorang lebih kaya daripada sekadar menggabungkan kekayaan kedua
pasangan. “Setiap orang yang menikah rata-rata memperoleh jumlah kekayaan dua
kali lipat,” simpul Jay Zagorsky. Hasil penelitiannya ini dimuat di Journal
of Sociology. “Jika Anda benar-benar ingin meningkat kekayaan, menikahlah
dan pertahankan,” tambahnya.
Baca juga: Rahasia Menulis Buku Bestseller
Penelitian
serupa juga pernah dilakukan oleh Maria Kanchin, peneliti dari University of
Wisconsin, dan Deborah Reed, direktur penelitian di Pusat Penelitian politik
Matematika. Mereka melakukan penelitian mengenai rendahnya angka perkawinan dan
tingginya tingkat perceraian serta dampaknya terhadap tingkat kemiskinan
seseorang. Hasil penelitiannya diterbitkan dalam buku Perubahan Kemiskinan
Perubahan Politik.
Beberapa
hasil penelitian dan referensi sejarah menghiasi buku ini. Memperkuat kajian
tentang pernikahan, terutama nikah di usia muda. Sehingga buku ini bukan hanya
sekadar buku motivasi yang hanya teoritis, tetapi penuh fakta. Ditambah buku
ini juga didasari oleh pengalaman nyata penulisnya yang menikah di usia muda
plus menikah tanpa melalui proses pacarana.
Jadi, kalau Anda
masih ragu untuk menikah? Segera baca buku ini.
Komentar
Posting Komentar