Masalah adalah sesuatu yang dihindari manusia. Tidak ada
satu pun di antara kita yang ingin punya masalah. Walaupun realitanya tidak
satu pun manusia yang bebas dari masalah. Hal ini telah dibahas di tulisan saya
sebelumnya. Dan dalam pengertian lain, masalah yang kita hadapi itu sering kita
sebut sebagai musibah.
Percayakah Anda kalau musibah bisa menaikkan level Anda?
Percaya atau tidak, silahkan lanjutkan membaca. Kalau
berkenan.
Namun, sebelum ke sana, saya ingin menegaskan bahwa musibah
yang menimpa kita itu bisa dua kemungkinan. Pertama, musibah itu merupakan
adzab atau hukuman dari Allah Swt karena perbuatan dosa kita. Kedua, merupakan
ujian untuk menguji kualitas kita, dan kemudian meningkatkan derajat kita.
Untuk tulisan kali ini, kita fokuskan pembahasan ke musibah
sebagai ujian.
Sebagai ilustrasi, sejak kita kelas 1 SD sampai selesai
pendidikan formal, entah itu sampai SLTA, D3, S1, S2, atau S3, kita selalu
menghadapi tes atau ujian untuk naik kelas. Mungkin berpuluh-puluh kali, kalau
kita hitung.
Dari pengalaman sekolah tersebut, pernahkah Anda waktu kelas
3 SD, misalnya, diberi soal kelas 6 oleh guru Anda? Atau, pernahkan Anda waktu
SMP diberi soal untuk anak SMA?
Saya yakin tidak pernah. Karena saya pun tidak pernah. Kalau
ada, entah alasannya apa; gurunya tidak bijak atau anaknya yang nantang minta
soal yang lebih sulit. Yang jelas, kalau normalnya, seorang guru akan
memberikan soal sesuai level pendidikan siswanya.
Lalu sekarang misalnya, Anda siswa kelas 7 (kelas 1 SMP),
saat ujian naik kelas, Anda diberi soal untuk siswa kelas 5 SD. Bagaimana
perasaan Anda? Senang, atau merasa dikecilkan?
Ilustrasi yang lain. misalkan Anda seorang salesman di sebuah perusahaan. Suatu hari Anda dan teman Anda, sesama salesman, dipanggil bos Anda. Bos Anda memberikan target penjualan untuk periode enam bulan ke depan. Bos Anda memberikan target yang berbeda. Anda diberi target harus berhasil menjual 500 buah produk, sementara teman Anda diberi target 1.000 buah.
Apa yang Anda rasakan ketika mendapat target yang lebih
kecil dari teman Anda?
Senang, merasa ringan, atau merasa dikecilkan si bos?
Kalau Anda bermental ‘as is’, ya … mungkin Anda akan merasa
senang-senang saja.
Tapi normalnya, Anda tentu berpikir, ‘Kenapa dia diberi
target seribu, apakah dia lebih jago menjual?’ Atau, ‘Kenapa bos memberi target
lebih kecil, apakah tidak yakin dengan kemampuanku?’
Yang jelas si bos memberikan target, tentu disesuaikan
dengan kemampuan anak buahnya, setelah mengevaluasi kinerja periode sebelumnya.
Atau untuk menaikkan skill anak buahnya.
Jadi, baik berupa soal, target, permasalahan, atau musibah
apa pun, itu akan sesuai dengan kemampuan kita, sesuai dengan level kita.
Semoga ilustrasi di atas sedikit menjelaskan maksud dari
judul di atas, ‘Naik Level dengan Musibah’. Sekali lagi perlu ditegaskan,
musibah yang akan menaikkan level ini adalah musibah yang merupakan ujian. Buka
musibah yang berarti azab.
Untuk lebih jelasnya, saya kutip firman Allah Swt di ayat
terakhir surat Al-Baqarah. Ayat yang mengandung do’a. Do’a yang sering kita
baca, terutama saat kita merasa menghadapi masalah atau musibah.
Kalimat pertama dari firman Allah Swt di ayat ke-286 itu
sebagai berikut,
“Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut
kesanggupannya….”
Karena Allah Swt yang menetapkan musibah, dan Allah Swt pula
yang Maha Mengetahui kondisi hambanya. Maka, jelas sudah, musibah yang kita
hadapi itu sudah sesuai dengan tingkat kesanggupan kita menghadapinya. Dalam
arti yang lain, Allah Swt sudah menakar atau mengukur bahwa kita akan sanggup
menghadapi musibah tersebut.
Sekarang, misalnya di hari yang sama, Anda dan teman Anda
sama-sama kehilangan uang. Anda kehilangan uang seratus ribu, teman Anda
kehilangan lima ratus ribu. Apa yang bisa Anda nilai?
Kalau dihubungkan dengan firman Allah Swt di atas, itu
berarti Allah Swt menilai mental Anda hanya mampu kehilangan uang seratus ribu.
Lebih rendah dari mental teman Anda, yang Allah Swt nilai sanggup kehilangan
lima ratus ribu.
Jangan menertawakan rekan Anda yang terkena musibah lebih
berat dari kita. Karena, dia dinilai lebih mampu menghadapinya.
Begitupun, jangan terlalu bersedih, jangan terlalu terpuruk
saat mendapat musibah. Yakinilah, kita pasti sanggup melewatinya, karena itu
sesuai dengan level kemampuan kita. Dan setelah melewatinya kita akan naik
level.
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar