Butterfly Effect adalah
sebuah istilah untuk menyebut sebuah kejadian kecil atau sepele, tetapi turut
mempengaruhi sesuatu yang besar.
APA Dictionary of Psychology
mendefinisikan Butterfly Effect atau efek kupu-kupu adalah 'suatu
kecenderungan sistem yang kompleks dan dinamis agar lebih peka terhadap suatu
kondisi awal yang mungkin berubah karena hal-hal kecil.'
Istilah Butterfly Effect pertama kali dikenalkan
oleh seorang meteorologi dan matematikawan asal Amerika bernama Edward Norton
Lorenz. Menurutnya, kepak sayap seekor kupu-kupu di hutan belantara Brazil
secara teori dapat menyebabkan badai tornado di Texas beberapa bulan kemudian.
Teori atau pernyataan tersebut dilontarkan Edward Norton
Lorenz pada 29 Desember 1972, saat memberikan pidato dalam Pertemuan ke-139 The
American Association for the Advancement of Science di Washington DC, Amerika
Serikat.
Istilah Butterfly Effect ditemukan Edward Norton
Lorenz saat dia melakukan pekerjaan rutin sebagai peneliti meteorologi. Pria
kelahiran Amerika Serikat pada 23 Mei 1917, ini memiliki pendidikan bidang
matematika dan meteorologi dari MIT.
Ketika membuat perhitungan terkait prakiraan cuaca, Lorenz
menyelesaikan 12 persamaan diferensial taklinear dengan komputer. Awalnya dia
mencetak hasil perhitungan tersebut di atas kertas dengan format enam angka di
belakang koma (…,506127).
Demi menghemat waktu dan kertas, Lorenz hanya mencantumkan
tiga angka di belakang koma (menjadi …,506) dan cetakan selanjutnya diulangi pada
kertas sama yang telah diisi dengan hasil cetakan tadi. Satu jam berselang, dia
terkejut oleh hasil yang sangat berbeda. Awalnya, dua kurva berimpitan, tetapi
keduanya mengalami pergeseran sedikit demi sedikit hingga membentuk corak yang
berbeda sama sekali.
Lorenz menerbitkan studi teoretis dari kejadian tersebut
dalam artikel berjudul Deterministic Nonperiodic Flow atau ‘Aliran
Takperiodik Deterministik’. Dia menyatakan, “Seorang meteorolog mendapati
bahwa jika teori ini benar, maka satu kepakan sayap burung camar laut dapat
mengubah jalannya cuaca untuk selamanya.”
Setelah mendapat saran dari rekan-rekan sejawatnya, Lorenz
kemudian mengganti burung camar dengan kupu-kupu, yang menurutnya lebih puitis.
Ceritanya, suatu ketika dia tak memiliki judul untuk
ceramahnya dalam pertemuan ke-139 American Association for the Advancement
of Science tahun 1972. Rekannya, Philip Merilees, memberi saran judul 'Does
the flap of a butterfly’s wings in Brazil set off a tornado in Texas?'
(Apakah kepakan sayap kupu-kupu di Brasil menyulut angin ribut di Texas?)
Istilah Butterfly Effect semula memang lahir dari
pengamatan ahli meteorologi soal cuaca. Namun, konsep ini kemudian diadopsi
dalam bidang lain, seperti psikologi, sejarah, atau bisnis.
Jadi, bisa disimpulkan bahwa sekecil apapun perubahan yang
terjadi pada suatu sistem, dapat menimbulkan efek besar bagi sistem tersebut.
Sama seperti dalam aspek kehidupan, seseorang dapat melakukan hal kecil yang
dapat berdampak baik ataupun berdampak buruk baginya.
Butterfly Effect atau efek
kupu-kupu ini memberi pelajaran kepada kita untuk lebih berhati-hati dalam
bertindak dan mengambil keputusan. Karena - bagi seorang Muslim - akibat atau
efek sebuah keputusan atau tindakan, sekecil apa pun akan menghasilkan
konsekuensi yang harus kita terima di dunia dan di akhirat.
Lima belas abad silam konsep ini sudah dijelaskan dalam
Al-Quran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
"Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah,
dia akan melihat (balasan)-nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat
zarah, dia akan melihat (balasan)-nya." (QS. Az-Zalzalah [99]: 7-8)
M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Mishbah Jilid 15
mengutarakan, kata 'zarrah' yang digunakan pada ayat ini sebenarnya untuk
menggambarkan sesuatu yang paling kecil, seperti atom atau debu.
Melalui ayat ini, Allah Swt menjelaskan ke-Mahaadilan-Nya
terhadap semua manusia. Setiap perbuatan yang dilakukan manusia, meski sedikit
atau kecil, akan menerima balasannya.
Seseorang yang menganggap perbuatan baiknya tak seberapa,
tapi di mata Allah Swt hal sekecil itu tetap memberikan pahala bagi si pelaku.
Begitu pula dengan orang yang meremehkan perbuatan jahat atau kejinya, di mata
Allah itu tetaplah dosa yang mampu memasukkan pelakunya ke neraka.
Maka, jangan anggap remeh sekecil apa pun perbuatan
menyakiti orang lain. Karena bisa jadi perbuatan jahat yang kita lakukan
sekecil kepakkan sayap kupu-kupu, tetapi efeknya menghasilkan dosa sedahsyat
badai tornado.
#uripwid
Komentar
Posting Komentar