Anda tahu lalat, kan?
Salah satu hewan kecil yang sering dikonotasikan dengan hal-hal yang berbau
kotor, sampah, atau penyakit.
Padahal dengan lalat Allah swt telah menyindir orang-orang kafir. Sindiran Allah
swt tersebut tercantum di al-Quran surat al-Hajj ayat ke-73.
Allah Swt berfirman
“Wahai manusia! Telah dibuat suatu
perumpamaan. Maka dengarkanlah! Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah
tidak dapat menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, mereka tidak
akan dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Sama lemahnya yang menyembah dan
yang disembah.”
Melalui ayat di atas Allah Swt menyindir
orang-orang Quraisy, bahwa sesembahan (tuhan-tuhan) mereka tidak akan dapat
menciptakan seekor lalat, makhluk Allah yang kecil. Bahkan, jangankan
menciptakannya, untuk merebut kembali apa-apa yang sudah diambil lalat pun,
tuhan-tuhan mereka tidak akan sanggup.
Ini bentuk sindiran yang sangat keras.
Allah menantang berhala yang disembah Quraisy untuk merebut (merampas) kembali
apa yang telah diambil lalat dari berhala-berhala itu.
Apa yang diambil lalat dari berhala-berhala
itu?
Di Tafsir Jalalain dijelaskan, yang diambil
lalat itu adalah minyak za’faron yang dilumurkan pada berhala-berhala.
Sekarang mari kiita berandai-andai berusaha
merebut kembali minyak za’faron yang sudah diambil (dihisap) oleh lalat.
Pertama kita membutuhkan alat khusus yang
bisa menangkap lalat dalam keadaan utuh. Kenapa? Karena kalau tidak utuh, akan
sulit mengambil za’faron yang sudah dihisapnya. Berarti alat khusus itu harus
bergerak cepat yang bisa mengalahkan kecepatan lalat, dan harus bersifat lembut
supaya tidak membunuh lalat.
Alat apa? Berupa apa?
Sungguh! Belum ada alat seperti itu sampai
saat ini.
Tapi, baiklah! Katakanlah teknologi sudah
menemukan alat khusus penangkap lalat itu, yaitu berupa senjata jaring, seperti
senjatanya superhero Spiderman. Tentu jaringnya harus terbuat dari bahan yang
lembut supaya tidak merusak tubuh lalat dan bisa bergerak cepat, melebihi
kecepatan terbang lalat.
Alat kedua yang kita butuhkan untuk
mengambil za’faron dari dalam tubuh lalat adalah alat penghisap, semacam pivet.
Tapi tentu harus berdiameter lebih kecil dari diameter mulut lalat, supaya bisa
dimasukkan ke dalam mulut lalat untuk mengambil (menyedot) za’faron yang telah
dihisap lalat. Serta harus elastis
sehingga tidak merusak tubuh lalat.
Selain kecil, alat ini juga harus bekerja
cepat, karena kalau terlambat, za’faron yang dihisap lalat terlanjur ditelan dan
dicernanya. Dan, karena lalat bertubuh kecil, maka tentu tidak memiliki sistem
pencernaan yang panjang seperti hewan-hewan besar. Apa pun yang ditelannya akan
secepat kilat langsung dicernanya.
Jadi dibutuhkan alat yang bisa menyedot
dengan cepat, ukurannya kecil dan
harus elastis. Coba bayangkan, alat (pivet) berdiameter
kecil dan dapat menghisap dengan cepat. Pivet seperti apa? Bagaimana menghisap
dengan kecepatan tinggi?
Sungguh! Belum ada alat seperti itu sampai
saat ini.
Sindiran Allah ini difirmankan-Nya lima
belas abad silam, dan sampai sekarang tidak ada yang bisa mematahkan sindiran
Allah Swt tersebut. Sungguh Allah Maha Besar. Maha Kuasa. Tidak ada Tuhan yang
layak disembah, kecuali Allah.
Itu baru tantangan ‘kecil.’ Tantangan hanya
mengambil sesuatu yang telah diambil lalat. Apalagi kalau harus membuat
(menciptakan) lalat. Tentu lebih tidak sanggup lagi. Itu lalat, binatang kecil
yang katakanlah sederhana. Bagaimana kalau ditantang menciptakan yang lebih
kompleks, misalnya menciptakan gajah?
Ini membuktikan bahwa kita ini (manusia)
makhluk yang lemah. Allah lah Yang Maha Kuasa.
Sebagaimana kita rasakan tiga tahun lalu,
Allah menurunkan virus yang lebih kecil dari lalat. Dan makhluk Allah yang
kecil ini telaah membuat heboh sedunia. Membuat manusia tidak berdaya.
Wallahu’alam.
Komentar
Posting Komentar