Tulisan ini merupakan kelanjutan
dari tulisan sebelumnya. Tentang semut, salah satu hewan yang namanya disebut
dalam al-Qur’an. Tulisan sebelumnya membahas cara berkomunikasi semut, yang
merupakan tafsiran ilmiah dari ayat ke-18 surat An-Naml.
Di ayat tersebut, disebutkan
bahwa pemimpin semut menginstruksikan kepada semut-semut yang ada di lembah
semut, untuk segera memasuki lubang agar tidak terinjak oleh bala tentara Nabi
Sulaiman As.
Dari penelusuran informasi ilmiah diketahui bahwa pemimpin semut tersebut mengeluarkan zat feromon untuk menyampaikan pesannya. Untuk lebih jelasnya, Anda bisa membaca tulisan tentang semut dan zat feromon tersebut di sini.
Sekarang kita akan menelaah
kembali semut di ayat 18 surat An-Naml dengan fakta ilmiah. Supaya lebih jelas,
kita perhatikan terlebih dahulu bunyi ayat ke-18 surat An-Naml, sebagai
berikut.
حَتَّى
إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ
ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا
يَشْعُرُونَ
“Hingga apabila mereka sampai
di lembah semut berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam
sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya,
sedangkan mereka tidak menyadari".
Ayat di atas menjelaskan bahwa
seekor semut (Namlatun) memberitahukan ke semut-semut yang ada di lembah
semut. Karena menggunakan kata tunggal ‘seekor’, berarti yang dimaksud adalah pimpinan
semut.
Yang menarik, di ayat tersebut,
saat Allah Swt berfirman menyatakan ‘berkatalah seekor semut’, dengan menggunakan
kata qoolat (قَالَتْ) bukan qoola (قَالْ).
Kenapa?
Sebelumnya perlu dijelaskan bahwa
dalam bahasa Arab kata benda atau kata kerja mempunyai ‘jenis kelamin’, yaitu
laki-laki (mudzakar) dan perempuan (muannats). Untuk kata kerja,
penggunaanya disesuaikan dengan pelakunya. Apakah pelakunya (kata gantinya)
laki-laki atau perempuan.
Perbedaan pekerjaan yang
dilakukan oleh orang ketiga perempuan dengan orang ketiga laki-laki ditandai
dengan hurup Ta mati (تْ) di akhir kata kerjanya.
Contoh:
Dia laki-laki sedang/telah membaca, ‘qoro a’ (قَرَءَ)
Dia perempuan sedang/telah membaca, ‘qoro at’ (قَرَءَتْ)
Dia laki-laki sedang/telah berkata, ‘qoola’ (قَال)
Dia perempuan sedang/telah berkata, ‘qoolat’ (قَالَتْ)
Dengan demikian, di ayat 18 surat
An-Naml di atas yang berkata (yang memerintah) adalah semut dari jenis
perempuan, karena menggunakan kata ‘qoolat’ (قَالَتْ).
Untuk lebih jelas perbedaan yang
berbicara itu perempuan atau laki-laki, kita coba lihat beberapa ayat dalam
al-Qur’an.
Surat Yusuf ayat 23
وراودته
التي هو في بيتها عن نفسه وغلقت الأبواب وقالت هيت لك قال معاذ الله
إنه ربي أحسن مثواي إنه لا يفلح الظالمون
“Dan wanita (Zulaikha)
yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya
(kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah
ke sini." Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh
tuanku telah memperlakukan aku dengan baik." Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada
akan beruntung.”
Di ayat di atas, ada kata ‘qoolat’
menunjukkan yang berbicara Zulaikha (perempuan), dan kata ‘qoola’ menunjukkan
yang berbicara Yusuf (laki-laki).
Surat Ali Imran ayat 37
فتقبلها
ربها بقبول حسن وأنبتها نباتا حسنا وكفلها زكريا كلما دخل عليها زكريا المحراب وجد
عندها رزقا قال يا مريم أنى لك هذا قالت هو من عند الله إن الله يرزق من يشاء بغير
حساب
“Maka Tuhannya menerimanya
(sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan
yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di
mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya
berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam
menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada
siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.”
Di ayat ini pun ada kata ‘qoola’
untuk Zakariya, dan kata ‘qoolat’ untuk Maryam.
Cukup dua ayat sebagai penguat
bahwa kata ‘qoolat’ digunakan untuk menunjukkan yang berbicara adalah
perempuan.
Kita kembali ke ayat 18 surat
An-Naml. di ayat tersebut ada kalimat ‘berkatalah seekor semut’. Sudah
dijelaskan ditulisan sebelumnya, bahwa yang berkata itu adalah ‘pemimpin’
semut. Sekarang, dengan melihat kata ‘qoolat’ yang digunakan di ayat
tersebut, berarti menunjukkan ‘pemimpin’ semut tersebut berjenis kelamin
perempuan. Dengan kata lain, ayat ini menjelaskan bahwa (koloni) semut itu
dipimpin oleh seekor ‘Ratu Semut’.
Sekarang kita lihat fakta
ilmiahnya.
melansir Wikipedia, semut adalah
serangga yang hidup secara berkoloni (berkelompok) yang beranggotakan ribuan
semut yang terbagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut.
Media online republika.co.id tanggal
11 Februari 2019, menulis bahwa di kerajaan semut, yang menjadi pemimpin adalah
semut betina dan bukan semut jantan. Karenanya mereka hanya memiliki ratu, dan
tidak memiliki raja.
Demikian juga media kompas.com
tanggal 31 Desember 2019, menjelaskan bahwa terdapat tiga kasta dalam satu koloni
semut, yaitu ratu, laki-laki, dan pekerja. Beberapa spesies semut hidup di
dalam sarang, dan yang lainnya keluar sebagai parasit atau pemburu makanan.
Kembali terjadi kesesuaian antara
apa yang dijelaskan dalam al-Qur’an dengan fakta ilmiah. Dan kembali
terbuktikan bahwa al-Qur’an tidak bertolak belakang dengan sains atau ilmu
pengetahuan. Justru al-Qur’an merangsang kita dengan memberi data-data ilmiah
untuk dibuktikan menjadi fakta ilmiah.
Wallahu’alam.
Sungguh sebuah tulisan yang menyadarkan diri 🙏🙏
BalasHapusSalam dari
Kodz si Pembangun Impian