Kalau memperhatikan apa yang terjadi di zaman sekarang ini,
tidak berlebihan kalau saya menyebut zaman sekarang sebagai zaman hoax, alias
berita bohong, hampir setiap hari kita dikirimi puluhan hoax, baik yang dikirim
personal melalui media chat kita atau melalui grup-grup yang kita ikuti.
Masih banyak di antara kita yang ketika menerima berita yang
belum tentu benar, langsung klik tombol share atau bagikan, sehingga kita
menjadi bagian dari penyebar berita itu. Kita mungkin tidak pernah mengalami kerugian
langsung dari beredarnya berita-berita hoax tersebut, tapi tidak mustahil ada
beberapa orang yang karena berita-berita bohong tersebut mengalami kejadian
yang menyedihkan.
Sebenarnya, berita bohong atau hoax atau gossip itu, telah ada sejak zaman dahulu. Bahkan di kehidupan Rasulullah saw dan para sahabat pun, pernah terjadi peristiwa cukup menghebohkan gara-gara berita bohong alias hoax.
Ada 2 kisah, bagaimana berita bohong yang tersebar di kalangan
sahabat cukup menggegerkan situasi saat itu.
Pertama, peristiwa yang lebih dikenal dengan haditsul ifki.
Yaitu berita bohong yang menyebutkan bahwa Aisyah, istri Rasulullah Saw, telah
melakukan perselingkuhan. Peristiwa itu bermula ketika Aisyah tertinggal
rombongan, dan kemudian diketahui oleh seorang sahabat bernama Shafwan. Shafwan
kemudian menaikkan Siti Aisyah ke atas untanya yang kemudian dituntunnya sampai
ke Madinah.
Nah… melihat Aisyah berjalan berduaan dengan Shafwan, orang-orang munafik
menemukan momen untuk menghembuskan berita bohong alias hoax tadi. Cerita ini
terus dihembuskan sehingga menjadi viral, sampai-sampai sahabat pun ada yang
terpengaruh dan turut menyebarkan hoax ini, diantaranya, Misthah bin Utsatsah
yang tidak lain adalah sepupu Abu Bakr ash-Shiddiq ra, atau paman Aisyah
sendiri.
Tentu saja berita bohong ini membuat sedih Rasulullah saw.
Berita yang sangat menyakiti hati Rasulullah Saw ini bahkan memantik kemarahan
para sahabat dan hampir saja menyulut pertikaian diantara kaum Muslimin.
Seperti responnya Sa’ad bin Mu’adz yang menyatakan kesiapannya untuk membunuh
kaum Aus yang terlibat dalam penyebaran berita dusta ini.
Hampir saja kekacauan yang diinginkan orang-orang munafik
ini menjadi nyata, namun dengan petunjuk dari Allah Swt , Rasûlullâh dapat
tampil menyelesaikan permasalahan ini dan berhasil meredam api kemarahan.
Kedua, kisah hoax yang terjadi saat Rasulullah Saw bersama
1500 orang Muslim yang berniat melakukan ibadah haji ke Makkah. Tetapi orang-orang
kafir Quraisy melarang mereka memasuki Makkah, karena menganggap Rasulullah Saw
mau memerangi mereka.
Rasulullah Saw kemudian mengutus Utsman bin Affan untuk
menemui kaum Quraisy di Makkah untuk memberitahu bahwa kedatangan Rasulullah Saw
ke Makkah bersama rombongan kaum muslimin adalah untuk beribadah haji, bukan
untuk menyerang.
Mereka, kaum Quraisy, malah menahan Utsman bin Affan, bahkan diceritakan sampai 3 hari. Dan, karena Utsman bin Affan tidak kembali, tersiarlah kabar bahwa Utsman telah dibunuh oleh orang-orang kafir Quraisy.
Berita ini begitu kuat sampai-sampai Rasulullah Saw pun mempercayainya. Kondisi
ini kemudian mendorong Rasulullah Saw untuk memanggil para sahabat, dan meminta
mereka untuk berbai’at, untuk memerangi kaum Quraisy. Orang yang pertama kali
membai’at Rasulullah adalah Abu Sinan bin Abdullah bin Wahab al-asadiy,
kemudian di ikuti sahabat yang lain. Baiat ini kemudian dikenal dengan Baiatur
Ridwan.
Kesiapan Rasulullah Saw dan kaum muslimin untuk memerang
kafir Quraisy sebagai pembalasan terhadap Utsman bin Affan ini diketahui oleh
mereka, dan mereka pun merasa gentar, sehingga kemudian membebaskan Utsman bin
Affan. Sehingga kemarahan kaum muslimin pun mereda.
Dua kisah di atas bukti nyata bahayanya sebuah berita bohong atau hoax, apabila sudah tersebar atau viral. Sehingga kecermatan dalam menerima berita, kebijaksanaan dalam mensikapinya, serta perlunya tabayyun atau klarifikasi sangatlah penting.
Baca juga: Semangat berkibar menuju Khaibar
Komentar
Posting Komentar